Istana Alwatzikhoebillah, Keraton Kesultanan Sambas yang Menawan: Destinasi Wisata di Antara Tiga Sungai

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Sejarah Kalimantan Barat tak bisa lepas dengan Kesultanan Sambas. Itulah sebab mengunjungi destinasi wisata sejarah Istana Alwatzikhoebillah adalah penting.

Disebut penting karena Istana Alwatzikhoebillah adalah bangunan dengan arsitektur menawan. Pun, destinasi wisata ini masih menyimpan peninggalan Kesultanan Sambas.

Seperti diketahui, Kesultanan Sambas merupakan salah satu kerajaan tua dan Istana Alwatzikhoebillah adalah keratonnya. Artinya, akan banyak yang didapat dari destinasi wisata ini.

Sebagai informasi, Kesultanan Sambas adalah penerus dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang bernama "Sambas" paling tidak telah berdiri dan berkembang sebelum abad ke-14 masehi.

Namun, kala itu belum bercorak Islam dan namanya bukan Sambas, hanya dijelaskan bahwa rajanya bergelar "Nek". Adapun Kesultanan Sambas berdiri pada 1671.

Terlepas dari itu, melansir ppid.bnpp.go.id dan architectureheritage.or.id, Kamis (31/8/2023), Istana Alwatzikhoebillah merupakan Keraton Kesultanan Sambas yang terletak di Kelurahan Dalam Kaum, Kecamatan Sambas.

Istana Alwatzikhoebillah didirikan pada 1866, pada masa pemerintahan Sultan Tsafiuddin II. Dan kemudian dibangun ulang 1933-1935, pada masa pemerintahan Sultan Muh Mulia Ibrahim Syafiuddin.

Kompleks istana ini menempati sebidang tanah dengan luas sekitar 100 x 300 meter yang polanya membujur ke arah barat-timur, tepatnya ke arah Sungai Sambas.

Di arah utara dari dermaga tempat perahu sultan bersandar terdapat Sungai Sambas Kecil. Sebaliknya di arah selatan terdapat Sungai Teberau.

Istana Alwatzikhoebillah merupakan bangunan bertipe rumah panggung berbahan kayu belian/ulin dan terbagi atas tiga masa bangunan. Bangunan istana di tengah-tengah berdenah segi empat, simetris.

Bagian dalam istana terdiri dari tiga ruangan yaitu depan, tengah dan belakang. Ruang tengah terdiri dari empat kamar dahulunya merupakan kamar sultan dan keluarganya. Juga ada balairung dan ruang baca/perpustakaan.

Bangunan pendamping di sisi selatan diperuntukkan sebagai kamar para pelayan dengan lorong yang menyatukan dengan bangunan induk. Bangunan ini terbagi empat kamar pembantu, satu dapur, dua kamar mandi sultan, dan satu kamar mandi pembantu.

Sementara bangunan pendamping di sisi utara diperuntukkan sebagai kamar para sopir maupun pengawal. Bangunan ini terpisah dengan bangunan induk. Terdapat empat buah kamar dan dua kamar mandi buat para pengawal dan sopir.

Untuk memasuki Istana Alwatzikoebillah Sambas, Anda harus melalui dua gapura. Gapura pertama adalah pembatas antara alun-alun dengan jalan raya dan gapura kedua merupakan pembatas antara alun-alun dan istana.

Di bagian belakang alun-alun, pengunjung akan menemukan sebuah tiang seperti tiang kapal yang dikelilingi oleh tiga buah meriam dan disangga oleh empat tiang.

Tiga meriam ini melambangkan tiga buah sungai yang terdapat di sekitar istana yang harus selalu dijaga. Meriam-meriam tersebut adalah pemberian dari tentara Inggris pada 1813 yang salah satunya diberi nama Si Gantar Alam.

Lalu, empat tiang penyangga melambangkan empat menteri sebagai pembantu sultan yang disebut wazir. Sedangkan dua tiang penyangga melambangkan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahannya sultan didampingi oleh ulama dan khatib.

Kini istana ini juga dimanfaatkan sebagai museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan kerajaan yang sangat bernilai sejarah tinggi. Bagi Anda yang menyukai sejarah kerajaan dan kesultanan Nusantara, istana ini sangat patut dikunjungi.

Di tempat ini, Anda dapat melihat ragam koleksi menarik seperti guci, foto-foto keluarga Sultan, senjata tradisional, baju adat, hingga furnitur peninggalan Sultan terdahulu mulai dari ranjang, meja, lemari, dan kursi yang masih terawat dengan baik hingga saat ini.

Demikian informasi tentang Istana Alwatzikoebillah, keraton Kesultanan Sambas, yang hingga kini masih terawat. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment