Mitos Amparan Tatak Pisang, Kue Khas Suku Banjar: Wanita Menstruasi Dilarang Memasak?

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Kadang, namanya kuliner tradisional berkaitan dengan pantangan atau mitos tertentu. Contohnya amparan tatak pisang, kue khas Suku Banjar ini tidak boleh dimasak oleh wanita yang sedang menstruasi.

Mitos ini begitu hidup karena Suku Banjar percaya bahwa wanita yang sedang menstruasi bisa mempengaruhi amparan tatak pisang, rasa dan bentuk kue khas ini bisa tidak menarik.

Entah benar atau tidak, soal wanita menstruasi ini, yang jelas memang ada semacam larangan dalam memasak amparan tatak pisang. Dulunya kue khas Suku Banjar ini memang diperuntukkan untuk bangsawan.

Melansir goodnewsfromindonesia.id, Kamis (5/10/2023), dulunya kue ini adalah santapan untuk kalangan raja-raja serta bangsawan Kerajaan Banjar dan Kerajaan Negara Daha, khususnya ketika ada acara khusus atau perayaan besar.

Namun, seiring berjalannya waktu amparan tatak pisang inipun menjadi santapan bagi orang-orang Banjar secara umum. Penyebarannya pun sudah demikian luas, melintas batas.

Artinya, kue ini tidak hanya dikenal di Banjarmasin saja atau Kalimatan Selatan saja tapi menyebar di daerah-daerah lain seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan sebagainya.

Bahkan daerah lain, di pulau lain, yang dihuni oleh banyak Suku Banjar seperti di Tembilahan, Riau, kue ini bisa ditemui. Ya, meskipun dalam penyajian atau modifikasi yang sedikit berbeda.

Kembali soal mitos wanita menstruasi, masyarakat setempat percaya, amparan tatak pisang memang tidak boleh diolah oleh mereka yang tengah menjalani masa datang bulan.

Konon jika pantangan ini dilanggar, amparan tatak pisang yang dibuat terancam memiliki cita rasa yang tak lezat, hingga warna dan bentuk yang tak menarik.

Jadi pembuatan kue mmparan tatak pisang yang menjadi sajian khas Banjar ini memang tidak sembarangan, dibuat secara tradisional untuk mendapatkan rasa yang pas.

Dengan kata lain, masyarakat Banjar percaya, kondisi wanita yang menstruasi bisa berpengaruh terhadap rasa kue dan rupa dari kuenya akan tidak menarik. Sekal lagi, itu adalah mitos yang dipercaya.

Yang jelas, rasa amparan tatak pisang tidak terlalucondong ke rasa manis atau ke asin. Kue ini memiliki tekstur yang lembut ketika dikunyah dan biasanya dicetak dengan menggunakan sebuah loyang berbentuk lingkaran.

Selanjutnya, kue ini akan dipotong-potong menjadi berbentuk segitiga atau persegi lalu dijual kepada pembeli. Secara rupa kue ini berbentuk putih bersih dari luar.

Namun ketika sudah dipotong, maka terlihat irisan pisang ada di dalamnya. Saat disantap, rasa gurih dan manis akan berpadu seimbang di dalam mulut, lengkap dengan teksturnya yang lembut.

Demikian soal mitos yang menyelimuti kue khas Suku Banjar, amparan tatak pisang. Yakni, tidak boleh diolah oleh wanita yang sedang menstruasi. Entah benar atau tidak, tergantung Anda melihatnya. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment