Buta Warna, Antara Sejarah dan Pengobatan di Masa Depan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Penyakit buta warna adalah kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Adakah potensi bisa disembuhkan pada masa depan dan bagaimana sejarah penyakit ini?

Tulisan ini mencoba melihat sejarah dan potensi pengobatan masa depan agar penderita buta warna bisa normal melihat dunia yang penuh warna ini.

Sejarah penyakit buta warna ini bisa dikatakan mulai pada 1803, sementara potensi pengobatan masa depan dinamakan terapi gen.

Melansir bondeye.com dan hellosehat.com, Kamis (2/11/2023), pada 1803 John Dalton adalah ilmuwan pertama yang menaruh perhatian akademis pada subjek buta warna. Ketertarikannya berasal dari dia dan saudaranya yang buta warna.

John Dalton mendalilkan bahwa kekurangan persepsi warna disebabkan oleh perubahan warna media cair bola mata yang disebut aqueous humor. Menurut penelitiannya, dia percaya bahwa aqueous humor berwarna kebiruan dan karena itu menyaring semua warna.

Sepanjang hidupnya John Dalton menjadi seorang ahli kimia dan fisika yang terkenal dan terhormat. Dia adalah salah satu pendukung awal teori atom.

Salah satu keinginan terakhirnya adalah melakukan otopsi matanya setelah kematiannya. Sayangnya tidak ditemukan cairan berwarna kebiruan.

Belakangan diketahui bahwa ada tiga jenis sel kerucut dan masing-masing jenis memiliki kepekaan yang berbeda terhadap panjang gelombang cahaya.

Salah satu jenis kerucut merasakan cahaya biru, jenis lainnya merasakan warna hijau, dan jenis ketiga merasakan warna merah. Saat Anda melihat suatu objek, cahaya masuk ke mata Anda dan menstimulasi sel kerucut.

Otak Anda kemudian menafsirkan sinyal dari sel kerucut sehingga Anda dapat melihat warna benda tersebut. Kerucut merah, hijau, dan biru semuanya bekerja sama sehingga memungkinkan Anda melihat keseluruhan spektrum warna.

Buta warna yang diturunkan terjadi ketika Anda tidak memiliki salah satu jenis sel kerucut ini atau sel kerucut tersebut tidak berfungsi dengan baik.

Saat ini lebih dari 2,7 juta orang buta warna. Sebanyak 8% dari seluruh pria menderita kondisi ini dan 0,5% wanita menderita kondisi ini. Buta warna biasanya bersifat genetik.

Yang jelas, hampir semua penderita “buta warna” dapat melihat warna namun mengalami kesulitan membedakan warna tertentu. Karena itu, cara terbaik untuk mengatasi kondisi buta warna adalah dengan beradaptasi ketika menjalani aktivitas sehari-hari.

Anda yang kesulitan membedakan warna ini juga perlu mengatur pencahayaan di rumah. Ketimbang menggunakan sinar lampu yang kadang membuat silau, lebih baik membuka tirai jendela agar sinar matahari masuk menerangi kamar.

Cahaya alami dari sinar matahari ini bisa membantu mempertegas warna sehingga orang dengan buta warna dapat mengenali warna lebih baik.

Selain itu, penderita buta warna juga perlu berlatih dalam mengenali perbedaan warna dengan menghafal atau memberi tanda pada benda-benda tertentu.

Pada masa depan, sejatinya muncul potensi pengobatan buta warna. Pengobatan itu dinamakan terapi gen yang merupakan merupakan salah satu cara atau terapi medis yang berpeluang dapat menyembuhkan buta warna.

Namun, saat ini pengembangan metode pengobatan buta warna melalui terapi gen masih dalam tahap awal penelitian dan percobaannya masih dilakukan pada hewan.

Meskipun demikian, beberapa percobaan telah memberikan hasil yang baik sehingga penelitian terapi gen sebagai cara menyembuhkan buta warna pada manusia pun mulai dilakukan.

Demikian soal sejarah dan potensi pengobatan di masa depan terkait penyakit buta warna. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment