Sejarah Jas Berasal dari Eropa, Awalnya untuk Menghangatkan Tubuh

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Bagi kalangan tertentu, jas, mungkin bukan barang asing. Namun, tidak banyak yang mengetahui sejarah kostum dari Eropa ini asalnya untuk menghangatkan tubuh.

Ya, seperti diketahui, Eropa adalah bagain dunia yang bersuhu dingin. Itulah sebab jas tercipta agar tubuh yang mengenakannya menjadi hangat.

Dan, itulah sebab juga atasan dari Eropa ini cenderung tebal. Yang jelas, setelah berfungsi menjadi penghangat tubuh, jas kemudian menjadi pakaian resmi.

Melansir broadwaysuit.com, Selasa (7/11/2023), tujuan utama adanya jas di Eropa adalah untuk menghangatkan tubuh, mengingat di Eropa memiliki suhu yang rendah di musim dingin.

Penggunaan setelan jas mulai populer pada abad 16–17. Namun, penggunaan jas hanya bisa digunakan oleh kaum bangsawan karena harganya mahal.

Namun, melansir supportpriorityindonesia.com, Selasa (7/11/2023), munculnya pakaian berjenis jas ini pada 1860 ketika Henry Poole dan Co, yang membuat setelan khusus untuk acara pesta yang mereka buat.

Jas yang mereka buat yaitu short smoking jacket yang dibuat untuk Pangeran Inggris, Edward VII, yang akan dikenakannya pada acara makan malam.

Selanjutnya Poole diundang untuk menghadiri acara disalah satu klub kenamaan yang berada di Amerika Serikat tepatnya di New York.

Poole menggunakan pakaian setelan jas sehingga ketika acara tersebut berakhir, maka di Amerika, pakaian berjenis jas ini lebih dikenal dengan sebutan tuxedo.

Ya, setelah beberapa abad jas menjadi salah satu pakaian yang paling mendasar bagi kaum pria di Eropa. Jas pun merambah ke berbagai belahan dunia dan seiring perkembangan zaman menjadi salah satu trend fashion masa kini.

Jas masuk ke Indonesia sejak masa penjajahan Belanda. Para petinggi penting Belanda mengenakan jas untuk acara resmi. Dari situlah muncul persepsi bahwa jas hanya digunakan oleh orang-orang tertentu, bukan untuk rakyat jelata.

Di Indonesia, secara umum, lebih mengenal dua jenis jas yakni tuxedo dan jas yang biasa ditemui. Jas sendiri bisa dibedakan ke dalam beberapa klasifikasi menurut bentuk kerah, jumlah kancing, cutting, dan jumlah belahan di belakang.

Berdasarkan bentuk kerah terdapat jas dikenal dengan jenis peak, standard notch, shwal, wide peak, norrow notch dan wide notch. Sedangkan untuk jumlah kancing dibedakan dari memiliki kancing satu atau kancing dua.

Pada 5-10 tahun yang lalu kancing tiga cukup populer tetapi untuk masa sekarang lebih ke penggunaan satu atau dua kancing saja. Untuk cutting terdapat potongan reguler atau slim fit.

Jumlah belahan atau bent terbagi jadi tiga yakni side vent (belahan tengah), double vent (dua belahan di kanan dan kiri) serta no vent (tanpa belahan). Pada beberapa jenis khusus bagian belakang jas biasanya panjang dan berbentuk lancip dengan belahan di tengahnya.

Yang jelas, saat ini banyak tempat untuk melakukan pembelian jas di antaranya adalah di marketplace atau toko online dengan harga dan ukuran yang tersedia. Tetapi dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya.

Akibatnya jas kadang terlalu longgar atau kekecilan pada bagian tertentu. Oleh karena itu munculah tailor yang bisa membuatkan jas sesuai ukuran yang pas dengan tubuh pembelinya.

Demikian sekila informasi soal sejarah jas, pakaian dari Eropa yang awalnya dijadikan penghangat tubuh. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment