Tim Dosen Unisma Raih Pendanaan Matching Fund untuk Program Telur Salivarius Rendah Kolesterol
MALANG, insidepontianak.com - Tim dosen Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang meraih pendanaan Matching Fund dari Kemdikbud Ristek Dikti.
Sebuah inovasi cemerlang diusung, yakni inovasi telur rendah kolesterol namun tinggi kandungan protein. Telur tersebut bernama Telur Salivarius.
Latar belakang diusungnya telur protein tinggi ini adalah melihat permasalahan dalam industri perunggasan.
Produk peternakan seperti telur, dianggap menjadi salah satu penyebab atheroskleriosis, hipertensi serta kolesterol.
Untuk itu, adanya inovasi telur ini tentunya menjadi sebuah hal yang menggembirakan bagi masyarakat yang mempunyai kebutuhan khusus, utamanya mereka yang ingin mengkonsumsi telur namun dengan kolesterol yang sedikit.
"Protein pada telur kan 6 miligram per 100 gram, sedangkan manusia butuh 65. Kalau dipenuhi pakai telur kan butuh 10 telur," jelas ketua tim riset, Brahmadhita Pratama Mahardhika.
Namun menurut Brahmadhita Pratama Mahardhika, ketika mengkonsumsi dalam jumlah tersebut, masalahnya muncul pada kolesterol. Kolesterol kebutuhan manusia hanya 300. Dan dalam satu butir telur mengandung 372 kolesterol.
"Jadi kelebihan makan satu telur, gimana mau makan 10 telur. Sehingga kita membuat bagaimana caranya kita tetap bisa makan 3 btir telur tanpa khawatir kolesterolnya," paparnya.
Kemudian dari hasik riset yang tim lakukan dilakukan berupa rekayasa nutrisi dan pakan ternak. Pemanfaatan probiotik herbal probiotik herbal Lactobacillus salivarius dalam inovasi telur ini, dapat menurunkan kadar kolesterol telur sebesar 45 persen.
"Sehingga telur rendah lemak ini nantinya akan kita produksi massal, kita hilirisasi pada program dana padanan di 2024 melanjutkan program matching fund," jelasnya.
Sementara itu, ia juga menjelaskan, bahwa probiotik yang dihasilkan ini bukan hanya bermanfaat untuk menurunkan kolesterol pada telur. Namun juga dapat menurunkan kadar amonia yang membuat peternakan tidak bau.
Hasil uji coba pada mitra, dimana sebelumnya kadar amonia 38, sedangkan batasnya adalah 25 ppm. Sehingga hal ini melebihi batas normal yang ada. Namun setelah berikan probiotik dari tim Fapet Unisma, kada amonia mengalami penurunan 9,33 ppm.
"Sehingga probiotik yang kita hasilkan juga banyak manfaatnya, kepada ternak, manusia maupun lingkungan," terangnya.
Dalam raihan dana yang diperoleh dari Matching Fund, Tim Fapet Unisma meraih dama Rp 458 juta dari Kemendikbud Ristek Dikti dan sekitar Rp1,2 miliar dari mitra, baik burupa cash maupun fasilitas.***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment