Kontroversi Terapi Ikan, Dianggap Berisiko dan Tidak Aman, Benarkah?

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Pernah bayangkan kaki Anda dikerumuni ikan, lalu ikan-ikan itu memakani kulit mati Anda? Hal inilah yang mungkin menimbulkan kontroversi terapi ikan.

Ya, terapi ikan dilakukan dengan cara merendam kaki ke kolam berisikan ikan. Menjadi kontroversi karena dianggap berisiko dan tidak aman.

Seharunya tidak masalah, pasalnya jenis ikan yang digunakan adalah ikan kecil dan tidak bergigi. Tapi itu tadi, terapi ikan tetap saja kontroveri.

Melansir halodoc.com dan ngopibareng.id, Kamis (30/11/2023) terapi ini kemudian terkenal berkat kemampuan ikan yang mampu mengeksfoliasi dan melembutkan kulit dengan cara yang geli, bukan menyakitkan.

Terapi ikan dapat membantu mengeksfoliasi kulit dan menghilangkan kalus. Alhasil, kaki terasa lebih bersih dan lembut. Beberapa orang juga mempercayai bahwa ikan ini dapat menyembuhkan penyakit kulit seperti psoriasis.

Manfaat lainnya antara lain mMengangkat sel kulit mati dan merangsang pertumbuhan sel kulit yang baru. Kaki akan menjadi lebih lembut, luwes, dan sehat.

Pun dapat mengatasi beberapa penyakit kulit seperti psoriasis, kalus, dan eksim. Mengurangi rasa gatal, flek hitam, dan bekas luka pada kaki.

Selain itu, bisa menenangkan pada saat melakukan terapi serta meningkatkan hormon endorfin yang membuat bahagia.

Begitupun, terapi ikan bagi kesehatan ini mengundang sejumlah kontroversi bahkan dianggap berisiko dan tidak aman. Beberapa hal yang sering menjadi pertimbangan, yaitu:

  1. Tidak mudah untuk membersihkan kolam tersebut karena prosedur yang merepotkan. Hal ini mengakibatkan air yang jarang diganti sehingga kotor. Ikan juga tidak dapat dibersihkan sehingga berpotensi membawa kuman.
  2. Beberapa spesies garra rufa dapat tertukar dengan jenis ikan lain, salah satunya Chinchin yang dapat menumbuhkan gigi dan menggigit. Hal ini dapat menimbulkan rasa sakit dan meningkatkan potensi infeksi.
  3. Banyak pemberitaan bahwa orang yang usai melakukan terapi ikan mengalami penyakit kulit akibat infeksi bakteri staphylococcus.
  4. Onychomadesis dapat terjadi setelah melakukan terapi ikan. Kondisi ini ditandai dengan kuku jempol kaki menghitam dan copot dari kaki akibat trauma.
  5. Terdapat 1 kasus mycobacteriosis, sebuah infeksi bakteri dimana adanya plak di kulit.
  6. Peluang kecil dapat tertularnya penyakit yang menular lewat darah jika seseorang memiliki luka menjalankan terapi ikan. Beberapa penyakit yang kemungkinan dapat ditularkan antara lain seperti HIV dan AIDS.

Sebagai informasi, terapi ikan atau yang populer dengan spa ikan, mulai dikenal sejak awal tahun 2011.

Terapi ini dilakukan dengan cara mencelupkan kaki ke dalam bak berisi ikan-ikan kecil yang disebut garra rufa atau 'ikan dokter'.

Beberapa jenis ikan yang bisa digunakan untuk terapi adalah ikan garra rufa turcica, ikan garra merah, ikan garra panda, dan ikan nilem mangut.

Ikan inilah yang nantinya akan menggerogoti kulit-kulit mati pada kaki dan membuat kulit baru.

Demikian soal kontroversi terapi ikan yang menyebar di masyarakat. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment