Sejarah Hari Ibu, Perjuangan Perempuan Indonesia dalam Politik Praktis

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak - Selamat Hari Ibu 2024. Hari ini adalah momen untuk mengenang sejarah perempuan Indonesia dalam kegiatan politik praktis melawan penjajahan.

Ya, banyak yang mungkin keliru dalam memaknai Hari Ibu di Indonesia sebagai sesuatu yang sangat dometik. Padahal, sejarah perjuangan perempuan ini sangat berbau politik.

Artinya, Hari Ibu adalah sejarah perempuan melakukan politik praktis dengan menggelar kongres sebagai pengimbang kaum lelaki untuk mewujudkan Indonesia merdeka.

Dengan kata lain, Hari Ibu di Indonesia tidak sekadar melawan 'penindasan' soal kasur, dapur, dan sumur pada perempuan semata.

Melansir rri.co.id danbrainacademy.id, Jumat (22/12/2023), sejarah Hari Ibu di Indonesia bermula dari penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia pertama di di Ndalem Joyodipuran Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928.

Kongres ini diikuti oleh lebih dari 600 orang perempuan dari berbagai latar belakang. Salah satu hasilnya adalah dengan terbentuknya organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).

Melalui PPPI, terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan untuk bersama kaum laki-laki berjuang meningkatkan harkat dan martabat. Terutama untuk bangsa Indonesia untuk merdeka, dan berjuang bersama-sama kaum perempuan.

Selain itu juga untuk menjadikan perempuan Indonesia maju. Namun, di tahun 1929 Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI) berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII).

Kemudian, pada 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Di samping berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia, kongres tersebut juga menetapkan fungsi utama Perempuan Indonesia.

Sebagai Ibu Bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal kebangsaannya. Setelah itu, pada 1938 Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Selanjutnya, di tahun 1946 Badan ini menjadi Kongres Wanita Indonesia disingkat KOWANI yang terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman.

Peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember tersebut, kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia. Hari Ibu Nasional pun semakin dikukuhkan melalui Dekrit Presiden Soekarno No. 316 tahun 1959.

Sebagai informasi, Kongres Perempuan Indonesia I merupakan titik di mana perempuan Indonesia mulai masuk ke ranah perjuangan politik praktis. Sebuah gerakan yang sebelumnya tabu bagi seorang perempuan.

Kongres Perempuan menuntut perubahan kedudukan kaum perempuan di dalam budaya patriarki. Perempuan masih menjadi pihak yang ditindas dan dikekang oleh berbagai struktur sosial pada masa itu.

Oleh sebab itu, banyak agenda yang dibahas pada Kongres Perempuan Indonesia I, mulai dari pendidikan perempuan, nasib anak yatim piatu dan janda, sampai perkawinan anak dan perkawinan paksa yang marak terjadi.

Demikian sejarah singkat Hari Ibu di Indonesia yang tak lepas dari gerakan politik kaum perempuan. Semoga bermanfaat. (Adelina)

Leave a comment