Upaya AlPeKaJe Lewat Ketahanan Pangan di Tengah Krisis Iklim

25 Oktober 2024 18:29 WIB
Ketua AlPeKaJe, Norberta Yati Lantok

PONTIANAK, insidepontianak.com - Ketua AlPeKaJe, Norberta Yati Lantok menerangkan peningkatan ketahanan pangan sangat penting dalam pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan masyarakat dan produktivitas tenaga kerja menjamin pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat.

Kedaulatan pangan diakui Ketua AlPeKaJe, Norberta Yati Lantok merupakan strategi dasar untuk melengkapi ketahanan pangan sebagai tujuan akhir pembangunan pangan. 

Aliansi Perempuan Kalimantan (AlPeKaJe) melaksanakan seminar dengan tema "Pangan Alternatif untuk Ketahanan Pangan di Tengah Krisis Iklim" yang memandang kedaulatan pangan berkaitan dengan hak petani dan akses terhadap seluruh sumber daya pertanian, baik tanah, air, sarana produksi. teknologi, pemasaran, dan konsumsi baik individu, rumah tangga, komunitas, regional, dan nasional. 

"Ketahanan pangan merupakan syarat terpenuhinya ketersediaan pangan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau," kata Ketua AlPeKaJe, Norberta Yati Lantok.

Menurutnya ketahanan pangan dan perubahan iklim merupakan isu penting yang menjadi perhatian para pihak saat ini. Perubahan iklim memberikan dampak signifikan terhadap sistem pangan global, sehingga mengancam ketahanan pangan, terutama di wilayah-wilayah rentan. 

Di Indonesia, pola cuaca yang berubah dan meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrem telah mengganggu hasil panen tanaman pangan ulama. Faktor pendorong perubahan iklim seperti hilangnya keanekaragaman hayati, peningkatan polusi, dan bencana terkait uaca ekstrem mengganggu produksi pertanian, sehingga secara signifikan mengurangi hasil panen. 

"Pada saat yang sama, eksploitasi lahan yang berlebihan dan penggunaan pupuk dan pestisida secara intensif yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat telah menghancurkan seluruh ekosistem, berdampak pada populasi spesies, dan membahayakan kesuburan tanah, sehingga membatasi jumlah pangan yang dapat ditanam masyarakat," jelasnya.

Selain beras, sumber makanan pokok yang dikenal di Indonesia selama ini cukup beragam. Mulai dari jagung, sagu, sampai ubi. Selain itu, ada juga biji sorgum yang menjadi bahan pangan alternatif beras. 

"Sorgum merupakan tanaman rumput-rumputan yang masih berkerabat dekat dengan padi dan jagung yang dapat digunakan untuk substitusi beras dengan kandungan gizi yang tinggi. Pengembangan sorgum dalam negeri memiliki peluang mensubtitusi Impor gandum dalam negeri," urainya.

Untuk mencapai potensi pengembangan sorgum, juga diperlukan ketersedian benih unggul bersetifikat yang mencukupi. Dalam pelaksanaannya, budidaya sorgum ini masih banyak tantangan. Kendala dan permasalahan yang paling mendasar adalah ketersediaan benih sumber dan bersertifikat yang masih terbatas.

"Kerjasama ALPeKaJe dan The Samdhana Institutes terfokus pada penyadaran kepada kelompok perempuan dan masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang bijak, kedaulatan dan ketahanan pangan," terangnya. ***


Penulis : Dina Prihatini Wardoyo
Editor : Dina Prihatini Wardoyo

Leave a comment

jom

Berita Populer

Seputar Kalbar