Gatot Nurmantyo: Profesor Salim Said 'Arsip Hidup'

19 Mei 2024 15:32 WIB
Tokoh pers dan perfileman nasional, Profesor Salim Said wafat. (Antara)

JAKARTA, insidepontianak.com – Profesor Salim Said telah tuntas mengukir sejarah hidupnya tepat di usia yang ke-80. Karya dan pemikirannya untuk bangsa, akan abadi meski hayat sudah tak lagi di bumi.

Kepergian Profesor Salim Said menghadap Ilahi, tak hanya membawa duka mendalam bagi dunia pers dan perfileman. Tapi juga dirasakan keluarga besar TNI.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Republik Ceko itu tercatat sebagai Guru Besar Ilmu Pertahanan di Universitas Pertahanan (Unhan) yang telah melahirkan banyak pemikiran-pemikiran besar bagi dunia kemiliteran Tanah Air.

Profesor Salim Said wafat pada Sabtu (18/5/2024) malam. Cendikiawan sekaligus akademikus itu mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo turut merasa kehilangan atas wafatnya Prof Salim Said.

"TNI kehilangan sosok, karena setiap kolonel di TNI pasti pernah jadi murid beliau," kata Gatot usai ikut melaksanakan salat jenazah almarhum, di Masjid Al Akhbar, Kecamatan Jatinegara, Jakarta, Minggu (19/5/2024).

Gatot mengatakan, almarhum Profesor Salim Said adalah tokoh diplomat, sastrawan, tokoh perfilman, tokoh pers, penulis, bahkan pelaku sejarah. 

Sehingga, wajar bila masyarakat merasakan kehilangan. Ia pribadi menganggap, almarhum adalah salah satu mentor terbaik.

"Almarhum Salim Said adalah guru saya, dosen saya. Kemudian beliau merupakan arsip hidup," jelasnya.

Ia juga mengenang pertemuan terakhirnya dengan Prof Salim Said dalam acara diskusi yang membahas sejarah, politik, dan TNI.

"Sebelum beliau sakit karena setiap saya ada acara, beliau saya undang, dan beliau datang," ucap Gatot.

Oleh sebab itu, ia memohon kepada masyarakat untuk dapat mendoakan almarhum Salim Said agar husnul khatimah.

Jejak Perjalanan Hidup

Adapun Profesor Salim Said wafat pada usianya ke-80 tahun. Sepanjang hayat, almarhum tercatat sebagai tokoh yang menatapaki berkarier penuh dedikasi di berbagai bidang profesi.

Melansir laman Dinas Kebudayaan Jakarta dan situs Universitas Islam Indonesia, Profesor Salim Said tercatat menjadi Guru Besar Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2005. Tahun 2006-2010, ia menjabat Duta Besar RI untuk Republik Ceko.

Berlatar belakang Jurnalis di masa orde lama, Prof Salim Said aktif menulis dan merilis sejumlah buku. Adapun buku karyanya berjudul: Profil Dunia Film Indonesia (1982).

Kemudian, Militer Indonesia dan Politik: Dulu, Kini, dan Kelak (2001). Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian (2013), dan Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto (edisi diperkaya, 2018).

Tokoh kelahiran Pare-pare 10 November 1943 ini juga tercatat pernah belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia. Latar pendidikan itupun mengantarnya menjadi sutradara di beberapa pertunjukan teater.

Selanjutnya, Profesor Salim Said juga tercatat kuliah di jurusan Sosiologi UI. Kemudian ia melanjutkan studi program doktor di Ohio State University, Columbus, Amerika Serikat, untuk ilmu politik.

Disertasinya, cukup dikenal. Karena menyoroti peran politik ABRI di masa revolusi 1945-1949. Dari situ, ia menjadi pengamat politik militer Indonesia.

Kini, tokoh yang memiliki segudang perjalanan karier itu, telah purna seutuhnya menuju keabadian.

Karya dan pemikirannya akan menjadi amal, mengiringi perjalanannya menghadap sang pencipta. IsyaAllah husnul khatimah.***


Penulis : Antara/Abdul Halikurrahman/berbagai sumber
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment