Dari Keripik hingga VCO: Cara Para Petani Kelapa Mewujudkan Nilai Tambah Produk
POTIANAK, insidepontianak.com - Tatapan Misman mengarah lurus ke hamparan kebun. Melalui jendela rumahnya yang terbuka, ia melihat deretan pohon kelapa menjulang dengan daun hijau yang memayung. Misman merenung.
Ia bertanya-tanya mengapa tingginya pohon kelapa berbanding terbalik dengan harga buahnya yang sering kali terjun bebas; bak daun tua yang gugur meninggalkan tangkai. Keuntungan panen kelapa akhir-akhir ini sedang tak semanis yang didambakan.
Rendahnya harga kelapa memang menjadi masalah bagi Misman, seorang petani kelapa di Desa Nusantara Jaya, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
Namun, alih-alih meratapi keadaan, ia terus bergerak dan mencari cara agar dirinya dapat tetap memenuhi berbagai kebutuhan harian.
“Satu tahun yang lalu, di bulan Juni, kami mulai mencoba membuat keripik kelapa untuk penghasilan tambahan. Alhamdulillah hingga sekarang usaha ini tetap berjalan dan mendapatkan tanggapan yang baik dari para pembeli,” ujar Misman.
Dalam menjalankan usaha keripik kelapa ini, Misman tidak sendiri. Ia bergabung bersama kelompok UMKM Sinar Nusantara Bersama yang memiliki 16 orang anggota—yang juga memproduksi camilan lain seperti keripik singkong dan ubi.
Perjalanan Misman dan kawan-kawan dalam membina usaha keripik kelapa tidaklah mudah. Awalnya, mereka harus berkali-kali gagal demi menemukan resep yang tepat.
Tak sedikit waktu, tenaga, dan modal yang harus mereka keluarkan hingga berhasil menciptakan produk yang digemari konsumen.
Setelah melewati perjalanan yang berliku, usaha keripik kelapa Misman dan kawan-kawan berangsur membaik.
Produk ini dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi mereka. Menurut Misman, setiap bulannya ia mampu memproduksi 5 kilogram keripik kelapa, dan bisa meningkat ketika waktu-waktu tertentu.
“Misalnya ketika hari raya Idulfitri atau hari besar lainnya, pesanan bisa mencapai 15 kilogram per bulan,” ujarnya.
Misman mengakui bahwa hasil dari produksi keripik kelapa ini sangat membantu ekonomi keluarganya, terutama ketika harga panen kelapa sedang rendah.
“Harga kelapa paling tinggi kini hanya di angka Rp3.000 per buah. Namun ketika satu buah kelapa itu diolah, bisa menghasikan 1 kilogram keripik seharga Rp80.000. Meskipun kami membutuhkan bahan-bahan lain seperti tepung, gula, dan telur, keuntungannya tetap lebih besar dibandingkan menjual buah kelapa saja,” jelasnya.
Melihat perkembangan usaha yang kini telah membaik, Misman berterima kasih kepada pihak yang membuat program pemberdayaan ekonomi ini terwujud.
“Kami berterima kasih kepada Sinar Mas Agribusiness and Food, melalui PT Bumipalma Lestaripersada, yang telah mendampingi kami sejak awal pembentukan kegiatan UMKM ini," katanya.
"Kami menjadi lebih produktif dan bisa menghasilkan suatu nilai tambah dari sumber daya yang kami punya,” sambung Misman.
Ia menjelaskan, PT Bumipalma Lestaripersada (BPLP) membentuk dan memberdayakan kelompoknya sehingga mampu menghasilkan produk bernilai jual.
Perusahaan bukan hanya mendukung penyediaan sarana produksi, tetapi juga pendampingan teknis produksi, pemasaran, manajemen organisasi, hingga urusan sertifikasi usaha.
“Program ini sangat menambah wawasan kami. Semoga ke depannya lebih banyak bimbingan dan pelatihan bagi kami untuk terus berkembang,” harapnya.
[caption id="attachment_31961" align="alignnone" width="640"] VCO mampu meningkatkan nilai jual kelapa melalui berbagai manfaat bagi kesehatan yang ditawarkan. (Istimewa)[/caption]Lebih dari Sekadar Pangan
Upaya mewujudkan nilai tambah produk kelapa juga dilakukan oleh Sarifudin dan Umiyati, sepasang suami istri yang rumahnya tak terpaut jauh dari Misman.
Mereka memproduksi virgin coconut oil (VCO) dengan merek Tri Putri Barokah. Mereka berharap dengan nama yang terinspirasi dari ketiga putrinya itu, dapat memberikan keberkahan bagi pembuat maupun pembeli produk VCO.
Sarifudin dan Umiyati mulai menjalankan usaha ini pada 2021. Pada mulanya, mereka membuat VCO untuk keperluan pribadi.
Namun seiring manfaat luar biasa yang diperoleh dari produk ini, mereka pun ingin berbagi kepada orang sekitar.
Mereka menyadari bahwa berlimpahnya kelapa di kebun dapat diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai jual.
“Kami ingin kelapa lebih dari sekadar makanan atau minuman yang mengenyangkan, tetapi juga menawarkan manfaat lebih besar untuk kesehatan,” ujar Sarifudin ketika dijumpai di kediamannya.
Mengutip artikel berjudul “Pengaruh Pemakaian Virgin Coconut Oil (VCO) pada Kesehatan” yang dimuat dalam website Kementerian Kesehatan, VCO memiliki berbagai manfaat antara lain mengatasi masalah pencernaan; mencegah penyakit jantung, kanker, dan diabetes; serta mencegah penuaan dini.
“Banyak yang mencari VCO karena manfaatnya bagi kesehatan. Saya pun telah merasakan sendiri manfaatnya untuk mengatasi penyakit lambung,” ujar Sarifudin.
Produksi VCO juga menawarkan keuntungan dari segi ekonomi. Dari 25 buah kelapa, dapat dihasilkan 1,5 liter VCO seharga Rp375.000.
“Dari 1,5 liter VCO itu biasanya kami kemas dalam botol kecil berukuran 100 mililiter, sehingga mendapatkan 15 botol. Tiap-tiap botol kami jual seharga Rp25.000. Penghasilan dari VCO lebih besar dibandingkan menjual kelapa biasa,” jelas Sarifudin.
Ia menambahkan, VCO yang dibuatnya tidak menggunakan pemanasan dan tanpa bahan pengawet demi menjaga kualitas terbaik.
Terkait pengembangan usaha VCO, Sarifudin mengatakan bahwa pihaknya sangat bersyukur dengan dukungan yang diberikan oleh Sinar Mas Agribusiness and Food, melalui PT Bumipalma Lestaripersada
“Dukungan ini sangat kami rasakan manfaatnya. Kami bisa mendapatkan penghasilan tambahan sehingga kami dapat lebih mandiri,” ujarnya.
Beberapa dukungan itu berupa peningkatan teknik produksi, pengemasan dan pemasaran produk, hingga pengurusan administrasi untuk menajalankan usaha rumahan.
Head of Economic Empowerment, Sustainability, and Strategic Projects Sinar Mas Agribusiness and Food, Jusupta Tarigan, Mengatakan bahwa perusahaan menyadari pentingnya industri kelapa bagi masyarakat Indragiri Hilir, khususnya sebagai sumber penghasilan rumah tangga.
Melalui departemen Community Economic Empowerment (CEE), pihaknya ingin turut serta memberdayakan kelompok tani agar mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
“Kami berupaya memperkuat nilai tambah, serta membantu mempromosikan dan memperluas pemasaran produk. Selain itu, kami juga meningkatkan kapasitas petani dan mendukung pembinaan kelembagaan untuk menjamin keberlanjutan usaha,” jelas Jusupta.
Ia menambahkan, fokus pendampingan pada hal-hal tersebut diharapkan dapat memberi manfaat nyata bagi kelompok tani.***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment