Pentas Tunggal John Tobing: Antara Politics, Love and Empathy

3 Maret 2024 09:28 WIB
Ilustrasi
YOGYAKARTA, insidepontianak.com - Hujan sesaat membuka Pentas Tunggal John Tobing di Sanggar Maos Tradisi, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (11/2/2023) sore. Kali ini, syair romantika warisan zaman pergerakan ciptaannya, diiringi petikan gitar khasnya, mengalun potongan-potongan pergulatan bathin masa lalunya. Rintik hujan sore tingkahi denting gitar di telinga ratusan penonton, membawa kenangan dalam pengalaman hidup setiap penonton. Berbeda dengan biasanya, berbagai balada bertemakan perkawanan dengan anak-anak, cinta dan orangtua serta Tuhan, apik dinyanyikan. Syair sederhana, "... ambil uang, beri uang. Tak peduli berapa besarnya...kamu layani semua..," dalam lagu Gadis Bank terkesan lugu. Potongan syair, "..jawaban ada pada dua arah, Tuhan dan diri mu...kan kubekuk kalian, kuikat jadi satu dan kusekap selama waktu..." dilantun dalam lagu Tunggu Dulu enak didengar. Dalam lagu berjudul Maaf, "... Tersenyum kekasih...kutakut kau marah kepadaku...kuberjanji tak mengulangi, menyakiti lagi..." John terdengar getir. Pentas Tunggal kali ini, banyak dihadiri mahasiswa baru, dosen berbagai perguruan tinggi, kaum milenial hingga orang tua. Semua bangku dan bahkan pelataran pentas, diduduki pengunjung yang mayoritas adalah penggemar John Tobing. Seperti diketahui, pencipta lagu perjuangan "Darah Juang" yang populer sampai saat ini, memang dikenal dekat dengan semua kalangan. Semua orang pribadi merasakan kehangatan persahabatan orang Batak satu ini. Disela-sela pentasnya, beberapa aktivis, dosen, tokoh LSM bahkan pengusaha, ikut menyampaikan pesan singkatnya di depan pentas. Mereka menceritakan pengalaman dan kedekatan masing-masing dengan John Tobing. Membagi pengalaman saat John Tobing sebagai aktivis, percintaannya hingga mencari Tuhan. Kehidupan John Tobing ternyata penuh warna, sebelum ia mencipta "Darah Juang". Dr Ari Sujito, pengasuh Sanggar Maos Tradisi (SMT) yang juga Wakil Rektor di Universitas Gadjah Mada (UGM), membuka acara dengan menyebut bahwa akhir Januari kemarin adalah hari lahir SMT. Ini pula yang menyebabkan John Tobing sebagai bagian dari SMT, menyanyikan lagu berjudul Sanggar Maos Tradisi,"...Sanggar Maos Tradisi adalah mendengar Pendengar..." Hadir juga Dekan Fakultas Filsafat Dr Siti Murtiningsih, yang saat mahasiswa menjadi sahabat John Tobing, dan banyak menjadi sarana penciptaan lagu-lagunya. Pentas John Tobing berlangsung di Sleman atau Utara Yogyakarta. Leony sebagai host menyampaikan, pementasan berikutnya direncanakan di Yogyakarta bagian selatan. Ada beberapa penggemar John Tobing yang memintanya. Demikian 40-an lagu tak sanggup dipentaskan semua, karena keterbatasan waktu, akan dilanjutkan di pentas berikutnya.***

Leave a comment