Pengabdian Pada Masyarakat S2 Ilmu Politik Fisip Untan, Ajak Pemilih Pemula Cari Pemimpin yang Baik

3 Maret 2024 09:28 WIB
Ilustrasi
KUBURAYA, insidepontianak.com - Pemilih pemula diajak memilih pemimpin yang baik dan bermatabat, sehingga bisa membawa perubahan lebih baik bagi Indonesia kedepan. Hal itu disampaikan dalam kegiatan Ngopi Darat yang diselenggarakan pada Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Mahasiswa Strata 2 Ilmu Politik Universiats Tanjungpura (Untan) di Desa Sungai Malaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Komisioner KPU Kalbar, Lomon mengatakan, sudah dilakukan empat kali sosialisasi terhadap para pemilih. Desa Sungai Malaya merupakan kegiatan keempat yang dilaksanakan kepada para pemilih. "Semoga tahapan itu bisa berjalan dengan baik," kata Lomon. "Dalam negara demokrasi, pemilu merupakan hal yang dilakukan sebagai proses dari demokrasi itu sendiri," kata Lomon. Tahun 2024, ada dua kegiatan penting dalam proses demokrasi di Indonesia. Yaitu, pemilu pada 14 Februari 2024, memilih Presiden, Wakil Presiden, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota. Pada 27 November 2024, ada pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada), memilih para kepala daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur. "Pemilu itu butuh partisipasi. Kalau tidak ada partisipasi, pemilu dianggap tak baik atau sukses," kata Lomon. Sementara itu, Dr Jumadi, dosen Ilmu Politik Fisip Untan menegaskan, ada enam prinsip dan asas dalam pemilu. Yaitu, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, biasa disingkat Luber Jurdil. Karenanya, pemilu tidak boleh diwakilkan. Sebab, prinsip pemilu adalah langsung. Kalau diwakilkan, berarti terjadi pelanggaran. "Ini penting dan harus dipahami," kata Dr Jumadi. Ketika nanti pemilih pemula dapat kesempatan memilih, harus memilih politisi yang pro rakyat. "Kalau salah memilih wakil rakyat, mereka akan melakukan korupsi," kata Dr Jumadi. Ia menegaskan, memilih wakil rakyat yang punya integritas itu penting. Dr Jumadi menyatakan, pemilih pemula harus ikut mengawasi jalannya pemilu. "Jangan sampai ada kecurangan," katanya. Pemilih pemula harus ikut melakukan sosialisasi. Juga membantu memantau dan memgawasi di pemilihan. "Ketika menggunakan hak memilih, harus sesuai dengan hati nurani," kata Dr Jumadi. Pemilih pemula pada 2024, ada penambahan sekitar 70-80 juta. Atau, sekitar 35-49 persen. Apa yang harus dilakukan pemilih pemula? "Memahami tata cara pemilu, dan mengenal siapa yang dipilih," kata Dr Jumadi dengan tegas. Dr Jumadi minta pemilih pemula tidak mau menerima praktik money politic. "MUI sudah keluarkan fatwa bahwa money politics adalah haram. Kalau dilakukan berarti haram," kata Dr Jumadi. Ia berharap pemilih pemula menguatkan diri sebagai pemilih yang baik. Harus paham dan tahu cara mencoblos kertas surat suara. "Jangan sampai salah coblos," ujarnya. Pemilih pemula harus cerdas dan berani menentukan pilihan, kata Dr Jumadi. Karena itu pemilu tahun 2024, harus dilakukan dengan cerdas. Sementara itu, Rusdiono, dosen Fisip Untan menambahkan bahwa, kualitas wakil rakyat berpengaruh pada produk UU yang dibuat. "Kalau kinerja Dewan rendah, maka ketika membuat produk UU akan buruk UU tersebut," katanya. Padahal, produk UU dari Dewan adalah untuk kehidupan masyarakat banyak. Rusdiono menegaskan, pemilih pemula ketika memilih pada pemilu 2023, harus cerdas. "Harus mulai mencari tahu siapa yang punya kualitas baik. Sehingga warga nanti akan mendapatkan pemimpin yang baik," kata Rusdiono. Rusdiono memberikan motifasi kepada peserta pemilih pemula, harus cerdas dalam memilih. "Harus memilih pemimpin yang amanah, jujur, dan bertanggung jawab. Cari referensi partai politik, apa visinya, orangnya siapa, kinerjanya bagaimana," kata Rusdiono kepada para peserta sosialisasi.***

Leave a comment