Tutupi Motif Asmara? Pelaku Penganiayaan Dosen Poltekkes Sebut Aksinya hanya karena Emosi

3 Maret 2024 09:28 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.com - Pelaku utama kasus penganiayaan terhadap dosen Poltekkes Pontianak, Galih yang disebut teman dekat Mahasiswi Poltekkes berinisial A juga menutup rapat motif kasus ini. Galih merupakan mahasiswa Untan. Kasus ini pun berujung damai.

Galih hanya menyebut, aksi penganiayaan yang dilakukannya bersama enam rekannya terhadap dosen tersebut karena emosi tanpa menjelaskan pemicunya.

"Ini hanya karena emosi," kata Galih ditemui usai proses restorative justice, di Polresta Pontianak Kota, Sabtu (11/3/2023). Restorative justice merupakan mekanisme hukum dalam proses perdamaian perkara antara pelaku dengan korban.

Galih pun mengucapkan terima kasih kepada Polresta Pontianak Kota dan korban Taufik Hidayat sebagai korban, karena sudah memaafkannya. Sehingga perkara ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

"Kami menyatakan permohonan maaf dan terima kasih kepada Polresta Pontianak Kota dan pihak korban yang berbesar hati memaafkan," ucapnya.

Galih menyatakan, kejadian ini merupakan sebuah pembelajaran berharga. Ia berjanji, tidak akan melakukan kesalahan serupa di kemudian hari. Begitupun dengan enam rekannya. Mereka juga turut menyesal.

"Mungkin bisa menjadi pengalaman berharga untuk tidak mengulangi yang sama," katanya.

Untuk diketahui, akibat kasus ini, Galih bersama tujuh temannya sudah tujuh hari ditahan di Mapolresta Pontianak Kota. Beruntung kasus ini berujung damai. Sehingga polisi menghentikan penanganan hukumnya.

Sebelumnya, beredar informasi motif penganiayaan yang dilakukan tujuh mahasiswa dari Universitas Tanjungpura, terhadap dosen Poltekkes Pontianak tersebut, diduga karena asmara.

Berdasarkan informasi yang beredar di media sosial, oknum dosen itu, disebut-sebut punya hubungan asmara dengan seorang mahasiswi Poltekkes Pontianak berinisial A.

Namun, belakangan hubungan mereka kandas, usai A tahu sang dosen sudah punya istri. Sikap A yang menolak melanjutkan hubungan itulah diduga membuat sang dosen marah.

Lalu, dia disebut mengancam bakal menghapus data mahasiswi tersebut dari kampus. Persoalan ini diduga menjadi trigger atau pemicu A menghubungi teman lelakinya, lalu terjadilah penganiayaan yang melibatkan tujuh mahasiswa Untan tersebut.

Cerita ini bersesuaian dengan cerita sumber Insidepontianak.com yang ditemui pada Senin (6/3/2023).

Sumber yang enggan disebutkan namanya ini pun mengatakan, pasca-mahasiswi berinisial A memilih putus dengan sang dosen, aktivitas akademiknya terhambat.

Terakhir, mahasiswi bersangkutan tak bisa melakukan registrasi daftar ulang, karena namanya diblokir pihak jurusan kampus Poltekkes Pontianak.

Problem menimpa mahasiswi ini, kemudian diceritakan ke teman dekatnya. Dari situ, teman mahasiswa A sudah mencoba mendatangi kampus Poltekkes Pontianak untuk bertemu dengan dosen bersangkutan. Sayang, hasilnya nihil.

Kasus ini disebut relatif sudah lama menjadi perbincangan di internal kampus. Sampai sekarang nasib mahasiswi A tak tahu bagaimana akhirnya, hingga terjadilah insiden pengeroyokan terhadap dosen tersebut. (Andi)

Leave a comment