Tidur Setelah Sahur Tidak Dianjurkan, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan
PONTIANAK, insidepontianak.com - Menjalani puasa Ramadhan, sahur menjadi satu-satunya rutinitas paling tepat untuk menjaga kebugaran tubuh, agar tetap sehat dan kuat dalam menjalani puasa selama satu hari.
Karenanya, Islam sangat menganjurkan sahur agar setiap muslim tetap kuat dalam menjalani aktivitas-aktivitas selama berpuasa.
Namun demikian, terdapat kegiatan kurang baik bagi kesehatan tubuh yang sering dilakukan oleh orang-orang setelah menjalani salah satu kesunnahan puasa ini, yaitu tidur setelah sahur.
Ya, tidur setelah sahur merupakan salah satu kegiatan yang sangat biasa dilakukan. Baik oleh kalangan orang tua, maupun para pemuda.
Normalnya, tubuh membutuhkan waktu setidaknya dua jam untuk mencerna makanan yang dikonsumsi, sehingga lambung menjadi kosong.
Selanjutnya, sisa makanan akan berpindah ke usus untuk dipadatkan menjadi feses (kotoran).
Namun, tidur setelah sahur bisa melambatkan proses pencernaan, sehingga makanan akan terlalu lama dalam perut, yang bisa membahayakan pada kesehatan tubuh.
Karenanya, orang-orang yang sahur seharusnya menghindari kebiasaan ini, agar kesehatan tubuh tetap terjaga, dan tidak terjadi bahaya dalam menjalani puasa Ramadhan.
Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar asy-Syatiri dalam salah satu karyanya mengatakan, tidur setelah sahur sangat berbahaya untuk tubuh dan akan menimbulkan penyakit pada perut. Dalam kitabnya disebutkan:
فَائِدَةٌ: لَا يَنْبَغِي النَّوْمُ بَعْدَ السُّحُوْرِ. فَقَدْ اِتَّفَقَ الْأَطِبَّاءُ عَلَى أَنَّ ذَلِكَ يُوْرِثُ مَرَضَ الْقُدَادِ، وَهُوَ مَرَضٌ يُوْرِثَ بِالنَّهَارِ طُلُوْعَ الطَّعَامِ مِنَ الْمَعِدَّةِ
Artinya: Tidak seharusnya seseorang tidur setelah sahur. Sungguh, para dokter telah sepakat bahwa hal tersebut (tidur setelah sahur) bisa menimbulkan penyakit perut, yaitu penyakit yang bisa menyebabkan keluarnya makanan dari dalam perut di siang hari. (Habib Salim asy-Syatiri, al-Fawaid asy-Syathiriyah min an-Nafahat al-Haramiyah, [Dar al-Fath lid Dirasat wan Nasyr: 2015, juz III, halaman 179).
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh salah satu ulama mazhab Hanafi terkemuka, Syekh Abdul Hamid Mahmud yang mengatakan bahwa tidur setelah sahur juga berbahaya bagi perut.
Selain itu, ia juga menyarankan untuk memperbanyak ibadah dan istighfar di waktu tersebut, karena waktu sahur merupakan waktu yang sangat mulia. Dalam kitabnya disebutkan:
لَا يَنْبَغِي النَّوْمُ بَعْدَ السُّحُوْرِ، فَاِنَّ ذَلِكَ يُسَبِّبُ حُمُوْضَةً فِي الْمَعِدَّةِ وَعُسْرًا فِي هَضْمِ الطَّعَامِ بَلْ يَنْبَغِي الْاِقْبَالُ فِي هَذَا الْوَقْتِ عَلَى الْعِبَادَةِ وَالْاِسْتِغْفَارِ، فَاِنَّ هَذَا الْوَقْتِ مِنْ أَفْضَلِ أَوْقَاتِ الْيَوْمِ كُلِّهِ لِطَاعَةِ اللهِ وِعِبَادَتِهِ
Artinya: Tidak seharusnya seseorang tidur setelah sahur, karena hal itu bisa menyebabkan mulas dalam perut dan mengganggu pencernaan makanan.
Bahkan, sebaiknya seseorang menggunakan waktu ini (sahur) untuk beribadah dan beristighfar. Karena waktu ini termasuk paling utamanya waktu dalam satu hari untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. (Syekh Abdul Hamid, al-Fiqhu al-Hanafi, Damaskus, Darul Qalam, cetakan kedua: 2009, halaman 433).
Secara umum, beberapa uraian di atas tidak hanya menjelaskan bahaya tidur setelah sahur di bulan Ramadhan, namun lebih pada bahaya tidur setelah makan, baik di bulan Ramadhan ataupun tidak.
Tidur setelah makan berdampak bahaya bagi kesehatan tubuh, khususnya perut. Sebab, saat itu makanan yang dikonsumsi belum sepenuhnya dicerna dengan sempurna.
Karenanya, sangat dianjurkan bagi orang yang hendak puasa untuk mengakhirkan sahur hingga mendekati waktu shalat Subuh, sebagaimana yang dilakukan oleh nabi.
Bahkan, jarak selesainya sahur Nabi Muhammad dan waktu shalat seukuran membaca 50 ayat Al-Qur’an. Dalam riwayat Zaid bin Tsabit, Nabi Muhammad saw bersabda:
تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِىِّ، ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاةِ، قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الأذَانِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ: قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
Artinya: Kami (Zaid bin Tsabit) sahur bersama nabi, kemudian ia beranjak untuk shalat. Kemudian aku (Anas bin Malik) bertanya (kepada Zaid): Berapa lama jarak antara azan dan sahur? Zaid menjawab: Seukuran (mambaca) lima puluh ayat. (HR Anas bin Malik).
Syekh Hasan al-Udwi al-Hamzawi dalam salah satu karyanya mengatakan bahwa terdapat dua hikmah dari mengakhirkan sahur, yaitu: (1) agar badan semakin sehat dan kuat dalam menjalankan aktivitas selama satu hari ketika sedang berpuasa; dan (2) agar tidak tertidur setelah sahur. (Syekh Hasan al-Udwi, an-Nurus Sari min Faidhi Shahihil Imam Bukhari, Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 2000, juz IV, halaman 423).
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan tidur setelah sahur harus ditinggalkan, karena bisa mengganggu pada proses pencernaan makanan dalam perut, yang bisa berdampak bahaya pada kesehatan tubuh.
Dan alangkah baiknya, waktu setelah sahur digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Karena di waktu itu merupakan paling utamanya waktu untuk beribadah kepada-Nya. Wallahu a’lam.
Penulis: Ustaz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Sumber: nu.or.id
Penulis : admin
Editor :
Penulis : admin
Editor :
Tags :
Berita Populer
3
Seputar Kalbar
2
Leave a comment