Begini Cara Raih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat Menurut Muchlis Hanafi

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
SINJAI, insidepntianak.com - Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang kunci meraih kebahagiaan berdasarkan penjelasan Muchlis Hanafi. Sejatinya, kebahagiaan dunia dan akhirat merupakan suatu impian yang ingin diraih oleh setiap umat muslim. Menurut  Muchlis Hanafi, untuk meraih kebahagiaan itu, ada berbagi hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap umat Muslim. Muchlis Hanafi salah seorang Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran Jakarta menyampaikan hal-hal tersebut yang bisa menjadi kunci untuk meraih kebahagiaan. Muchlis Hanafi menyebut, dengan pendekatan diri kepada Allah melalui peningkatan ketaqwaan dan keimanan yang berkualitas, maka seseorang akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam hal ini, sebelum mengulas beberapa hal yang bisa menjadi perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah, perlu menyimak ilustrasi yang digambarkan oleh Muchlis Hanafi terlebih dahulu. Ia memberikan gambaran bagaimana kebahagiaan itu hadir dalam relung jiwa manusia. Realita menunjukkan bahwa tidak sedikit orang bergelimang harta namun hatinya diliputi rasa cemas dan gelisah. Sementara tak jarang juga ada orang yang hidup sederhana tanpa gelimang harta tapi hatinya tenang. Bagi Hanafi, ini adalah contoh bagaimana gambaran seseorang yang hatinya terikat dengan Allah. Ia kemudian menggambarkan, bagaimana seseorang yang dekat dengan Allah dan memiliki keimanan yang kuat laksana samudera yang dalam serta tenang. Ombak dan gelombang sebesar apapun yang ada di permukaan samudera, tidak akan mempengaruhi ketenangan air yang ada di dasarnya. Ini sama seperti semakin dalam iman tertancap dalam diri seseorang, maka ia takkan goyah sedikitpun dalam menghadapi cobaan sebesar apapun. Hal tersebut Hanafi sampaikan sembari mengutip QS. An-Nahl [16]: 97 berikut: مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ “Siapa yang mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97). Ayat tersebut menjadi pacuan bagi orang mukmin yang mengerjakan amal saleh, karena Allah akan melindungi dan menjaga kehidupan mereka dengan limpahan balasan yang jauh lebih baik. Penjelasan ini juga ia iringi dengan ayat lain dalam QS.Taha [20]: 123 dan 124 berikut: فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى “Siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS.Taha [20]: 123) وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى “Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Taha [20]: 124) Ayat-ayat tersebut menunjukkan betapa erat kaitannya kebahagiaan hidup seseorang dengan kedekatan diri kepada Allah SWT. Bagi mereka yang dekat dan didekatkan oleh Allah SWT, sesungguhnya mereka berada dalam kesenangan yang hakiki. Orang yang Dekat dan Didekatkan oleh Allah SWT Bagi Muchlis Hanafi, ada banyak figur yang bisa menjadi pelajaran bagaimana interaksi atas kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Misalnya Nabi Musa a.s dan Nabi Muhammad Saw. yang menghadapi banyak cobaan oleh lawan perjuangannya masing-masing. Namun, karena kedekatan dengan Allah, ada energi positif yang membuat para rasul itu tetap tangguh dalam menegakkan kebenaran. Tentu contoh figur tersebut adalah contoh yang sangat ideal. Lantas bagaimana cara bagi seorang hamba yang lemah? Al-Quran menyebutkan bahwa orang-orang yang dekat dan didekatkan adalah orang yang selalu bersegera dalam amal kebaikan untuk sesama. Hal ini tercantum pada QS. Al-Waqi’ah [56]: 10-11. وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) “10. Selain itu, (golongan ketiga adalah) orang-orang yang paling dahulu (beriman). Merekalah yang paling dahulu (masuk surga). 11.Mereka itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Al-Waqi’ah [56]: 10-11) Siapapun berhak menjadi hamba yang dekat dengan Allah SWT dan didekatkan oleh-Nya. Al-Quran jelas menyampaikan bahwa Allah SWT lebih dekat dari urat leher setiap manusia. Lantas yang menjauhkan dari kedekatan itu adalah amal buruk, kejahatan, dan kemaksiatan yang dilakukan oleh mereka sendiri. Namun, siapapun yang bertekad untuk tidak mengulangi lagi, dan berjanji akan mengamalkan apa yang diperintahkanNya, maka kedekatanya itu akan ada dalam dirinya. Ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh seorang hamba untuk meniti kedekatan dengan Sang Ilahi. Tadi disebutkan bahwa amal buruk dan kemaksiatan mampu menjauhkan diri dari kedekatan dengan Allah SWT, maka ini harus diperhatikan betul. Selanjutnya perlu ada peningkatan kualitas ibadah baik yang fardhu maupun yang sunnah, serta baik yang mahdhah maupun ghairu mahdhah. Pesan Muchlis Hanafi yang terakhir adalah perlu mendekatkan diri kepada Allah melalui taubat. Hal ini penting diperhatikan karena sebagai hamba yang lemah, tidak ada yang tidak berbuat dosa. Maka, bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan lagi dengan menyemai hati melalui dzikir adalah kuncinya. Demikianlah, kunci meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat melalui upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga penjelasan kunci meraih kebahagiaan. Wallahualam.(Zumardi IP)

Leave a comment