Cerita Proses Hijrah Jhody Bejo: Serangan Jantung, Kebanjiran, hingga Jual Ini Itu Demi Bertahan Hidup

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Cerita proses hijrah pelawak Jhody Bejo cukup mengharukan,  persis peribahasa 'sudah jatuh tertimpa tangga'.

Pelawak yang tergabung di grup lawak Super Bejo ini mengaku dapat panggilan hijrah pada 2016, itupun bermula ketika Jhody Bejo mengalami serangan jantung.

Sampai di tahun berikutnya pelawak ini putuskan pakai ring di jantungnya, Jhody Bejo bilang sejak 2016-2017 itu merupakan proses hijrah yang naik turun.

"Sebelum kena serangan jantung saya buka mushola Oke di Parjo, namanya pasar jongkok otomotif, tapi dua hari setelahny saya kena serangan jantung," kata Jhody Bejo, melansir Youtube Kasih Solusi, Minggu (16/3/2023).

Tapi itu juga yang membenak di kepala Jhody, dia pertanyakan musibah itu.

"Kenapa setelah berbuat sesuatu yang menurut Anda baik, ternyata Allah kasih teguran," tambah Jhody.

Diapun intropeksi diri, hingga akhirnya menemukan jawabannya, bahwa kejadian itu karena kasih sayang Allah.

Jhody pun bersyukur, dia merasa beruntung karena masih diberi kesempatan hingga saat ini. Sejak tahun 2017, Jhody mengaku mulai makin dekat sama sama Allah, hingga sang kakak menyarankannya untuk membaca Al-Quran.

"Selama ini kan masalahnya hanya malas doang, makanya dari situlah dari situlah saya mulai menyiksa diri, karena kalau enggak saya tidak cinta Al-Quran," bilangnya.

Soal Al-Quran, Jhody mempunyai pendapat lain, menurutnya Al-Quran yang membantunya kelak ketika sudah tiada nanti.

"Yang saya tahu, istri yang puluhan tahun mendoakan kita belum tentu doanya diterima, pun doa anak, iya kalau saleh, dan belum juga diterima,"

Menurutnya manusia terlalu banyak menuntut. Menyadari itu, Jhody berpikir hanya Al-Quran yang bisa menjadi temannya ketika nanti meninggal dunia.

Jhody kemudian rajin iktikaf di masjid, dari Subuh hingga Isya, dia tidak pernah pulang ke rumah. Tahun 2020, pandemi datang, di saat yang sama Jhody mendapat musibah lagi, rumahnya kebanjiran yang tingginya hingga dua meter.

Mirisnya, semua barang yang ada di rumahnya terbawa arus banjir, lenyap, kecual Air Conditioner yang menempel di dinding yang tinggi. Jhody akhirnya menjual rumah, juga mobilnya, dia memilih ngontrak sama keluarganya.

"Masya Allah mereka berlapang dada, kita keluar dari zona kenyamanan kita," ungkap Jhody.

Sejak kena serangan jantung dan memutuskan hijrah, Jhody hampir tak mendapat kesempatan kerja. Itulah sebab dia menjual semua barang yang masih ada bersamanya.

Makanya Jhody bilang kalau ada yang bertanya tentang aktivitasnya saat ini, dia hanya menjawab BBM yaitu Bolak Balik ke Masjid.

"Kalau boleh jujur ya nih, demi Allah ya, Insya Allah, dari semua yang saya jalani selama ini, baru ini saya keluar kandang, kemarin-kemari saya selalu menolak, karena tidak mau putus sebentar dengan Allah," jelasnya.

Itupun karena Jhody merasa tertampar dengan kalimat istrinya, hijrah boleh saja, malah setiap manusia harus dekat dengan Penciptanya, menjalani perintah yang wajib dan kalau bisa seligus melakukan ibadah sunah.

“Tapi saya disebut hanya mencari dan melakukan pembenaran-pembenaran, karena dari semua proses hijrah yang saya jalani ini, saya sadar ternyata masih ada anak-anak yang sekolah, yang membutuhkan uang utuk mewujudkan itu,” pungkas Jhody Bejo. (Adelina)


Penulis : admin
Editor :

Leave a comment

ikalsm

Berita Populer

Seputar Kalbar