Hardiknas 2023, Rektor Unisma ungkap Peran Besar Ki Hajar Dewantara Perjuangkan Pendidikan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MALANG, insidepontianak.com - Universitas Islam Malang (Unisma), turut memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023 dengan upacara yang diikuti oleh seluruh civitas Unisma. Upacara ini menjadi momentum penting untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme bagi seluruh insan pendidikan. Rektor Unisma, Prof Dr Maskuri dalam sambutannya menyampaikan, peringatan Hardiknas setiap tahunnya ini selain menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme bagi seluruh insan pendidikan, momen ini juga bertujuan untuk mengingat jasa-jasa Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan. "Peringatan Hardiknas setiap tahunnya bertepatan dengan hari lahir Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara atau yang memiliki nama asli R.M Suwardi Suryaningrat mempelopori pendidikan bagi pribumi pada zaman kolonialisme Belanda. Ia lahir dari keluarga ningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta," terang Maskuri Lebih lanjut, diakui Maskuri, Kiprah Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Nasional, bersama rekannya dr Cipto Mangunkusumo dan E.F.E Douwes Dekker mendirikan Indische Partij. Partai politik pertama Indonesia pada masa Hindia Belanda itu bertujuan meraih kemerdekaan Indonesia. Ki Hajar Dewantara diungkapkan Maskuri, sangat anti dengan Belanda. Kritikan pedasnya membuat pemerintah Belanda gerah. Belanda lalu mengasingkan Ki Hajar Dewantara ke Negeri Kincir Angin. Ki Hajar Dewantara tak berkecil hati. Selama menjalani masa pengasingan di Belanda, ia justru mendalami bidang pendidikan dan pengajaran. Semboyan Ki Hajar Dewantara yang digunakan dalam sistem pendidikan di Indonesia dalam bahasa Jawa ini berbunyi Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. "Semboyan tersebut dapat diterjemahkan, bahwa Ing Ngarsa Sung Tulada, di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik. Ing Madya Mangun Karsa, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Tut Wuri Handayani, artinya dari belakang seorang guru harus menjadi motivator, pendorong dan pembimbing," tuturnya. Lebih lanjut, Maskuri menjelaskan, bahwa sumberdaya manusia merupakan kunci membangun peradaban dan daya saing bangsa, maka manusia sebagai hamba Allah dalam menjalankan tugas kekhalifahan, dibekali akal fikiran, juga dipandu dan dibimbing oleh kitab suci-Nya. Bahkan diakui Maskuri, Al Quran Al Karim mengajarkan kepada manusia, bahwa upaya membangun peradaban yang mampu mewujudkan kemajuan, kesejahteraan dan keselamatan setidaknya harus berasaskan kepada tiga hal prinsip yang menjadi spirit pembangunan peradaban dan pengembangan kebudayaan, yaitu prinsip ketuhanan, kemanusiaan dan kedamaian. “Prinsip ketuhanan, peradaban yang bersumber dari Tuhan tentu memiliki kesempurnaan dan terbebas dari kekurangan serta kenistaan. Sistem peradaban-Nya juga pasti sesuai dan selaras untuk siapapun, kapanpun dan dimanapun, karena perancangnya adalah zat yang maha memiliki ilmu pengetahuan, hikmah dan kekuatan yang sempurna,” ungkapnya.***

Leave a comment