Fakta Menarik Kota Binjai, Berjuluk Kota Rambutan, Berada di Antara Dua Kerajaan Melayu

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - "Salam dari Binjai" bisa dikatakan kalimat yang populer saat ini, terutama yang berhubungan dengan pohon pisang. Faktanya, kota di Tanah Melayu ini berjuluk Kota Rambutan. Ya, rambutan dari Binjai sudah terkenal sejak lama. Pun, kota ini sudah ada sejak lama, letaknya di antara dua kerajaan Melayu yakni Deli dan Langkat. Walau berada di antara dua kerajaan Melayu, Kota Rambutan ini tidak identik dengan kerajaan tersebut. Binjai cenderung otonom meski sempat menjadi ibukota Kabupaten Langkat. Nyatanya, "Salam dari Binjai" telah membuat kota ini kian populer. Melengkapi ketenaran kota yang berada di lintas Medan-Aceh tersebut. Mengutip dinaspariwisata.binjaikota.go.id, Jumat (23/6/2023), Kota Binjai merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata sekitar 30 meter di atas permukaan laut. Luas daratannya sekira 90,23 kilometer persegi. Wilayah Kota Binjai tidak begitu luas karena hanya terdiri dari lima kecamatan dan 37 kelurahan. Kota ini hanya berjarak sekitar 22 kilometer dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatra Utara. Merunut sejarah, sejak 1822, Binjai telah dijadikan bandar/pelabuhan untuk ekspor. Produk khas dari pelabuhan ini adalah hasil pertanian lada yang berasal dari perkebunan lada di sekitar ketapangai atau Kelurahan Kebun Lada. Berikut beberapa fakta soal Kota Binjai yang dikutip dari berbagai sumber: 1. Soal Nama Ada beberapa teori penyebutan Binjai sebagai nama kota ini. Pertama, berasal dari sebuah kampung yang kecil terletak di pinggir Sungai Bingei. Letaknya di antaraKesultanan Deli dan Kesultanan Langkat. Upacara adat dalam rangka pembukaan kampung itu diadakan di bawah sebatang pohon binjai. Di sekitar pohon Binjai itulah kemudian dibangun beberapa rumah yang kemudian berkembang menjadi pelabuhan. Nama pohon Binjai itulah yang akhirnya melekat menjadi nama kota. Kedua, berasal dari bahasa Karo. Kata "ben" dan "i-jéi" dalam bahasa Karo artinya "bermalam di sini". Hal ini berdasarkan fakta sejarah, bahwa pada masa dahulu kala, kota Binjai merupakan perkampungan yang berada di jalur yang digunakan oleh "Perlanja Sira". "Perlanja Sira" dalam istilah Karo merupakan pedagang yang membawa barang dagangan dari dataran tinggi Karo dan menukarnya (barter) dengan pedagang garam di daerah pesisir Langkat. Para "Perlanja Sira" ini bermalam di tempat perkampungan ini, selanjutnya seiring waktu menjadi sebuah perkampungan yang mereka namai dengan "Kuta Benjéi". 2. Hari Jadi Pada 17 Mei 1872 terjadi pertempuran yang sengit antara datuk/masyarakat dengan Belanda. Peristiwa perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan ditetapkan sebagai hari jadi Kota Binjai. Perjuangan para datuk/rakyat terus berkobar dan pada akhirnya pada 24 Oktober 1872 Datuk Kocik, Datuk Jalil, dan Suling Barat dapat ditangkap Belanda dan kemudian pada tahun 1873 dibuang ke Cilacap. 3. Berjuluk Kota Rambutan Binjai bisa dakatakan sebagai kota penghasil rambutan terbanyak di Indonesia. Perkebunan rambutannya mencapai 425 hektare dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun. Rambutan binjai juga termasuk salah satu jenis rambutan paling populer di Indonesia. Rambutan jenis ini berambut cenderung halus, panjang, tetapi agak jarang-jarang. Rambutan ini kulit buahnya berwarna merah terang dengan daging yang tebal dan juga lekang dari bijinya. Rambut dari rambutan Binjai ini berwarna hijau di ujungnya membuat visualnya semakin indah. Bentuk dari rambutan binjai agak lonjong dan buahnya cenderung besar. Cita rasa dari rambutan Binjai ini manis dan segar. 4. Kenduri Ketupat Warga Binjai yang mayoritas Muslim memiliki tradisi khusus untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi tersebut dinamakan ketupatan yang digelar setelah 15 hari Ramadan. Ketupat menjadi menu utama kenduri yang disantap sehabis melaksanakan doa syukuran, biasanya seusai salat tarawih. Ketupatnya dibuat masing-masing warga dan dikumpulkan di masjid. Ketupat melambangkan bahwa mereka telah melaksanakan puasa Ramadan selama 15 hari atau setengah bulan, serta akan terus melaksanakan ibadah puasa hingga memasuki Lebaran. Demikian fakta menarik dari Kota Binjai. Kota yang dijuluki sebagai Kota Rambutan. Semoga bermanfaat dan "Salam dari Binjai". (Adelina). ***

Leave a comment