Idul Adha, Peradaban Islam, dan Cinta

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
Merayakan Idul Adha merupakan perenungan paripurna tentang makna pengorbanan dan cinta. Inilah kisah ribuan tahun umat manusia, tentang kepasrahan kepada sang pencipta, dengan segenap cinta dan pengorbanan, segenap pengabdian dan keteladanan. Idul Adha menjadi cermin sejarah. Betapa kisah Nabi Ibrahim dan putranya, telah menjadi petuah penting bagi peradaban Islam, peradaban umat manusia. Kita menemui Idul Adha sebagai hari tentang mengingat pengorbanan, juga tentang bagaimana prosesi haji dilangsungkan oleh jutaan umat manusia. Jutaan umat manusia berkumpul di Tanah Suci, berdoa bersama di tanah lapang Arafah. Juga melalukan rangkaian proses ibadah haji secara tertib dan bersama-sama. Jutaan umat manusia ‘mengepung’ Tanah Suci, untuk berdoa dengan dada berdegup dan mata menitihkan air cinta. Saya selalu teringat dengan momentum ibadah haji yang selalu membikin hati ini berdegup sepanjang waktu. Ya, haji itu sepenuh-penuhnya panggilan dari-Nya, untuk hamba umat manusia. Kita hanya bisa berpasrah untuk sekuat tenaga menunaikan kerinduan cinta dari Allah dan panggilan kasih dari Nabi Muhammad, Rasul tercinta. Sekuat apapun usaha kita untuk berusaha menerobos pintu tanah suci untuk berhaji, jika tanpa panggilan-Nya, senantiasa akan sia-sia belaka. Namun, dengan cinta-Nya, siapapun kita tanpa pandang profesi dan kekayaan, akan dimuliakan dan diangkat derajatnya dengan menikmati kebersamaan di tanah suci dengan jutaan umat muslim dari seluruh penjuru dunia. Haji merupakan ibadah bersama jutaan manusia, yang terasa heningnya di masing-masing umat manusia. Setiap orang punya cerita, setiap kita punya pengalaman yang berbeda terkiat ibadah haji. Ada kisah-kisah sangat personal yang terhampar dalam setiap musim haji, lengkap dengan segala rangkaian kesedihan dan kesenangannya. Meski kita berada di antara jutaan umat muslim, namun tetap saja ibadah ini adalah tentang kerinduan dan kecintaan kita kepada Allah, juga ungkapan cinta kepada Nabi Muhammad untuk menziarahi pusaranya. Idul Adha, hari raya peradaban dalam puncak rangkaian ibadah haji itulah, terdengar takbir berkumandang di penjuru jagad. Seluruh umat muslim di penjuru dunia, berdoa bersama untuk mendukung kelancaran, kesehatan dan keselamatan para saudaranya yang sedang beribadah haji. Selain itu, kita semua juga merayakan Idul Adha sebagai hari raya untuk mengenang tonggak peradaban umat manusia, tentang perayaan pengorbanan dan cinta kasih. Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu perayaan penting dalam agama Islam yang mengingatkan kita tentang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail. Lebih dari sekedar ritual ibadah, Idul Adha mengandung makna yang mendalam tentang peradaban Islam dan nilai-nilai cinta yang melekat dalam tradisi ini. Idul Adha adalah momen untuk merenungkan pengorbanan yang dilakukan Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah untuk mengurbankan putra kesayangannya. Meskipun penuh kesedihan dan penderitaan, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dengan tulus menerima perintah Allah, menunjukkan kepatuhan dan cinta yang tak tergoyahkan terhadap Sang Pencipta. Kisah ini mengajarkan kita tentang nilai-nilai pengorbanan, keteguhan hati, dan ketaatan yang tinggi dalam menghadapi ujian hidup. Namun, Idul Adha juga mencerminkan peradaban Islam yang mendorong umatnya untuk berbagi dan peduli terhadap sesama. Ketika kita menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban dan pembagian daging kepada yang membutuhkan, kita disadarkan akan pentingnya berbagi rezeki dan mencintai sesama manusia. Tradisi kurban mengajarkan kita untuk melawan sifat tamak, serakah dan egois, serta memupuk rasa empati dan kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung. Dalam peradaban Islam, cinta ditunjukkan dengan tindakan nyata dalam membantu dan memperhatikan kebutuhan orang lain. Perayaan Idul Adha juga melibatkan aspek kemanusiaan dan keadilan sosial. Dalam distribusi daging kurban, perhatian diberikan kepada mereka yang hidup dalam keterbatasan ekonomi. Ini mencerminkan pentingnya menciptakan masyarakat yang adil dan merata dalam peradaban Islam. Dalam Islam, cinta dan kedamaian tidak hanya berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga dengan hubungan manusia dengan sesama manusia. Kita diingatkan untuk saling mencintai, menghormati, dan membantu satu sama lain, tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang. Idul Adha juga menjadi momen refleksi dan introspeksi diri. Kita semua diharapkan untuk mempertimbangkan pengorbanan yang telah kita lakukan dalam hidup. Pengorbanan tidak selalu berarti mengorbankan nyawa, tetapi bisa juga berupa pengorbanan waktu, tenaga, atau kepentingan pribadi demi kebaikan yang lebih besar. Khidmah untuk jam’iyyah, berjuang untuk organisasi yang mendukung kemaslahatan umat manusia, juga merupakan pengorbanan yang penting. Kita bisa memaknai, Idul Adha mengingatkan kita akan pentingnya membangun hubungan yang harmonis dengan alam dan makhluk lainnya. Dalam Islam, kita diberikan tanggung jawab sebagai khalifah di bumi untuk menjaga dan menjaga keberlanjutan alam semesta. Manusia sebagai khalifah fil ardh, sebagai pemimpin untuk memuliakan seisi alam dengan mengolahnya untuk kebaikan peradaban.*** Penulis: M. Hasan Chabibie, Ketua Umum PP MATAN NU/NU Online
Penulis : admin
Editor :

Leave a comment

ikalsm

Berita Populer

Seputar Kalbar