Manuskrip Ambon Manise
AMBON, insidepontianak.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menghelat penelitian melalui skema Rumah Program.
Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra (OR Arbastra) membawahkan Program Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL), sepenuhnya mengawal kegiatan tersebut.
Dari sekian kegiatan penelitian, satunya mengambil lokus Ambon Provinsi Maluku terpumpun kepada manuskrip.
Lokus Ambon kali ini di bawah judul penelitian Keberlanjutan Preservasi Naskah Ambon melalui Pengembangan Manuscript Literacy.
Penelitian ini dikomandoi Sarwo Ferdi Wibowo sebagai ketua, didukung penuh Devi Fauziyah Ma’rifat dan Khairul Fuad, ketiganya dari PR MLTL.
Kemudian, Fatimah Zuhrah dan Warnis dari OR Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH) serta Alfida dari Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.
Setelah mendarat Pulau Manise, Ambon ternyata tidak hanya kesohor sebagai City of Music. Ambon juga menyimpan khazanah intelektual, berupa manuskrip.
Demikian juga, tidak hanya sangat menawan keindahan pulaunya dan komoditas rempahnya sejak dulu, Ambon menawan dengan karya manuskrip.
Beragam manuskrip tersimpan di beberapa tempat di Pulau Ambon Manise. Sepertinya semakin manise soul of Ambon dengan seni dan ilmu pengetahuan.
Di beberapa tempat sebagai tempat khazanah manuskrip dijumpai temuan-temuan tersebut. Manuskrip Alquran tulisan tangan dijumpai di daerah Kaitetu, penduduk lokal sering menyebutnya Nageri Kaitetu.
[caption id="attachment_36083" align="alignnone" width="864"] Tim peneliti Manuskrip Ambon Manise berfoto di gerbang masjid bersejarah Wapaue Kaitetu. (Istimewa)[/caption]Menurut penduduk setempat, manuskrip Alquran ada dua, yang disimpan di Masjid Tua Wapaue Kaitetu, merupakan masjid bersejarah di Pulau Ambon. Yang lain disimpan oleh ahli waris manuskrip tersebut.
Menariknya, manuskrip Alquran yang disimpan di Masjid itu ditulis oleh seorang perempuan bernama Nur Cahaya tentu berbasis informasi penduduk tempatan,
Sebelumnya, berkunjung ke Negeri Morella, hanya sayangnya tidak berjumpa dengan pemegang manuskrip karena sesuatu dan lain hal.
Kemungkinan ini suka-duka turun lapangan atau bisa jadi romantika mencari manuskrip di negeri yang belum pernah dikunjungi. Akan tetapi, romantika itu terbayar dengan pesona negerinya yang menawan.
Sepanjang mata memandang kiri dan kanan terbentang panjang bibir pantai terlihat luas samudera.
Menjulang pula perbukitan dengan jalan berkelok-kelok. Seolah-olah asam di gunung garam di laut tidak berjauhan.
Sekaligus terbayar juga saat berkunjung ke Negeri Hitumessing karena dijumpai berbagai manuskrip dan disambut hangat oleh para pemangku kepentingan.
[caption id="attachment_36085" align="alignnone" width="640"] Pemandangan perairan Pulau Ambon. (Istimewa)[/caption]Tidak sampai di situ, para penduduk setempat juga antusias ikut dalam atamosfer tersebut di sebuah rumah yang disebut sebagai kerajaan.
Di Hitumessing diperlihatkan manuskrip Hikayat Tanah Hitu oleh pemegangnya sekaligus tokoh masyarakat Negeri Hitumessing.
Manuskrip aslinya masih disimpan di Negeri Belanda dan menurut pemegangnya, akan segera dikembalikan ke negeri aslinya berkat bantuan pemerintah Indonesia
Secara global, Nusantara memang gudang khazanah manuskrip dengan latar berbagai ilmu pengetahuan. Ratna Mutu Manikam manuskrip terus akan dicari dan digali agar permatanya kembali bersinar seperti dulu kala.
Bukan tidak mungkin atau kemungkinan besar khazanah isi pengetahuannya dapat diterapkan sekarang ini. Di tengah era sekarang ini didapati catatan-catatan penting sebagai kritik.
Di sisi lain, legitimasi era globalisasi justru mengembalikan pemikiran dan pemandangan berbasis lokal dan manuskrip Nusantara merupakan khazanah ilmu berbasis pengetahuan lokal.
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment