Mitos Hujan dan Keberadaan Batu Kingkong di Gunung Hauk Balangan: Tempat Sakral Dayak Pitap

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Gunung Hauk di Balangan adalah tempat yang dianggap sakrat oleh masyarakat Dayak Pitap. Di tempat ini, selain ada batu berbentuk kingkong, juga ada mitos hujan.

Batu kingkong berada di jalur pendakian via Desa Ajung. Sementara mitos hujan yang dipercaya masyarakat Dayak Pitap berlaku bagi yang mau mendaki Gunung Hauk Balangan.

Tidak ada hubungan batu mirip kingkong dan mitos hujan, namun tempat ini memang sakral bagi Suku Dayak Pitap. Hal inilah yang menambah daya tarik Gunung Hauk Balangan.

Melansir getlost.id, Jumat (6/10/2023), secara administrasi, gunung ini terletak di Desa Ajung, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selaran.

Gunung Hauk ini disakralkan oleh warganya yang mayoritas suku Dayak Pitap dan sering dijadikan untuk lokasi sejumlah upacara adat. Contohnya, ritual “Aruh Baharin” yakni perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.

Uniknya, ada mitos di gunung ini, bukan soal tempat melainkan cuaca. Ya, ini tentang hujan. Setiap saat memang ada hujan yang turun saat orang mendaki meskipun saat kemarau panjang.

Dengan kata lain, setiap pendaki yang melakukan pendakian hingga ke puncak Gunung Hauk diyakini pasti akan menemui hujan dalam perjalanannya. Hal tersebut dianggap benar meski dengan intensitas dan jangka waktu yang beragam.

Konon, hujan tersebut dipercaya dapat ‘membersihkan’ tubuh pendaki, sehingga mereka berada dalam keadaan suci setibanya di puncak. Terlepas dari mitos tersebut, tak ada salahnya untuk membawa jas hujan untuk berjaga-jaga saat mendaki di sini.

Untuk mendaki Gunung Hauk, Anda mesti menuju Desa Ajung terlebih dahulu, desa terakhir sebelum mengawali pendakian menuju puncak. Kalau dari pusat kota Banjarmasin, Anda bisa mencapainya dengan berkendara selama sekitar lima jam.

Sejatinya ada tiga jalur yang dapat digunakan untuk dapat menuju puncak Gunung Hauk. Jalur pertama melewati Desa Ajung, rute perjalanan ini adalah rute terpopuler. Dua jalur lainnya melalui Desa Kambiyain dan Desa Iyam (Dayak Pitap).

Nah, ada yang menarik ketika menempuh jalur via Desa Ajung. Tepatnya ketika tiba di hutan kayu habang. Seperti diketahui, kayu habang (kayu merah) atau biasa dikenal dengan kayu secang tumbuh subur di wilayah pegunungan Meratus.

Di lokasi ini ada sebuah batu besar yang sangat mirip kingkong alias kera besar. Posisinya di antara kayu habang, seperti sedang duduk. Tubuhnya sangat besar, jauh mengalahkan tubuh manusia.

Pun, tangannya tampak seperti sedang menyentuh tanah. Lekukan tubuh serta kepalanya seakan nyata. Semua bagian tubuh batu kingkong ini telah ditumbuhi lumut, jadi warnanya perpaduan batu dan lumut.

Memang belum ada cerita soal batu yang mirip kingkong duduk ini, namun keberadaannya sangat menyita perhatian. Tak sedikit pendaki yang mengabadikan, foto dengan latar batu tersebut.

Demikian soal mitos hujan dan keberadaan batu kingkong di Gunung Hauk Balangan. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment