Maman Beberkan Alasan Golkar Pilih Sutarmidji hingga Pemecatan Norsan dari Kepengurusan Partai

11 September 2024 23:03 WIB
Ketua Golkar Kalbar yang juga Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Maman Abdurahman. (Istimewa).

PONTIANAK, insidepontianak.com - Ketua DPD Golkar Kalbar, Maman Abdurrahman mengungkap alasan mengapa Golkar akhirnya lebih memilih Sutarmidji ketimbang Ria Norsan untuk diusung dalam Pilgub Kalbar 2024.

Adapun Norsan adalah kader Golkar, dan belakangan telah dicopot karena membelot dari keputusan partai beringin, dengan ambisinya maju calon gubernur lewat perahu PDIP, PPP dan Hanura. 

Maman pun secara blak-blakan membeberkan petimbangan Golkar mengusung Sutarmidji dan memberikan sanksi kepada Norsan di salah satu podcast YouTube, seperti dilihat pada Selasa (10/9/2024).

Awalnya, Maman menceritakan, kalau ia hampir 4 sampai 5 bulan mencoba menjembatani komunikasi politik antara Sutarmidji dan Ria Norsan.

Dengan tujuan, agar keduanya kembali bersatu sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada serentak 2024 ini.

Namun ketegangan malah muncul dan meruncing. Baik Sutarmidji maupun Norsan belakangan sulit dipersatukan karena perbedaan konsep dan tujuan.

“Saya harus bilang apa adanya,” ucap Maman.

Bagi Maman, Sutarmidji lebih visioner jika berbicara program pembangunan jangka panjang walau kerap beda pandangan dengan elite politik lokal.

Maman pun mengaku, kerap berbeda pendapat bahkan pernah saling debat dengan Sutarmidji.

Tapi, perdebatan itu hanya dimaknai sebagai diskusi untuk kepentingan pembangunan Kalimantan Barat yang lebih besar.

“Satu kelebihan Pak Midji, beliau apa adanya. Mindset-nya berpikir tentang program riil dulu. Nanti baru bicara kepentingan yang lain-lain,” kata Maman.

Cara pandang Sutarmidji berbeda jauh dengan Ria Norsan. Menurut Maman, Ria Norsan lebih kepada pertimbangan pada posisi menjadi apa dan mendapatkan apa, baik secara pribadi maupun untuk kepentingan keluarganya.

“Ini harus saya sampaikan apa adanya, supaya kita bisa utuh melihat persoalan ini. Kalau Pak Norsan, dalam perspektif pribadi dan keluarga, proyek ini, program ini segala macam,” ucap Maman.

“Akhirnya masuk itu kepentingan pribadi, keluarga, proyeknya, programnya, bagaimana segala macam 5 tahun ke depannya, akhirnya tidak ketemu (red, dengan Sutarmidji),” paparnya.

Survei Norsan Jeblok

Maman juga membeberkan, bahwa secara hitung-hitungan di atas kertas dan di lapangan, Norsan sebenarnya berada di posisi 3 sebagai pilihan untuk diusung calon gubernur. Sementara Sutarmidji menjadi pilihan nomor satu. 

“Kalau melihat dari kualifikasi kandidat secara objektif, tentulah Pak Sutarmidji adalah prioritas pertama. Kedua Pak Muda, baru yang ketiga Pak Norsan,” katanya.

Maman melanjutkan, karena Norsan kader partai, maka ada pertimbangan faktor subjektivitas. Sehingga diupayakan dia bisa mendampingi Sutarmijdi ketimbang Muda.

Bahkan kalau mau dilihat dari hasil survei internal pun, nilai persentase Norsan sebenarnya cukup jeblok, berbeda dengan Sutarmidji yang selalu bertengger di atas rata-rata calon yang ada.

“Survei Pak Norsan rendah, Pak Midji tinggi di atas rata-rata, 56-57 persen,” ungkap Maman.

Sehingga, jika Midji-Norsan dipasangkan, memang hasil surveinya tinggi. Tapai ketika dipecah, survei Norsan melorot turun.

Maka, dengan pertimbangan elektoral itu, berat bagi Golkar untuk mengusung Ria Norsan sebagai calon gubernur.

“Kita sudah buat simulasi. Pak Midji pasangan dengan si A, Pak Norsan pasangan dengan si B, jauh hasilnya. Artinya dari pendekatan saintifik juga dilakukan,” katanya.

Didi Pilihan Tepat

Dalam perjalanan mendekati masa pendaftaran, komunikasi politik antara Sutarmidji dan Ria Norsan deadlock.

Maman mengaku telah berupaya sebisa mungkin mempersatukan dua tokoh ini. Berbagai lobi-lobi dilakukan. Namun segala upaya itu kandas. Norsan kekeh maju sebagai calon gubernur.

Di situasi jelang pendaftaran itu, Maman pun mengaku Golkar sempat gamang, lantaran upaya menyatukan Midji-Norsan semakin jauh. 

Jelang hari-hari kritis menuju pendaftaran ke KPU, muncul sosok dari sebelah ujung utara Kalbar. Itulah Didi Haryono, jenderal polisi bintang dua, berprestasi, dengan membawa setumpuk asa.

“Pak Didi ini saya menganggap seperti oase di padang pasir, di tengah gersang, krisis figur, muncul salah satu putra terbaik Kalbar, akhirnya kita ‘kawinkan dengan Pak Midji, dan ternyata menyatu dengan kita, secara konsep itu sama, secara visi sama,” tutur Maman.

Selain Didi, juga muncul daftar nama bakal calon wakil pengganti Ria Norsan. Namun, nama Didi mengerucut sebagai paket lengkap untuk menjadi pendamping Sutarmidji.

“Didi, dia kan doktor, secara intelektual tidak diragukan,” kata Maman.

Dari aspek keamanan ketertiban, Didi sangat mengasuai. Sebab ia mantan Kapolda Kalbar. Sosoknya dianggap mampu menghalau isu politik identitas yang sering muncul memprovokasi di musim-musim Pemilu.

“Jadi saya melihat kombinasi kedua untuk pasangan ini terbaik untuk kepentingan Kalbar,” katanya.

Maman pun menegaskan, pilihan Golkar mengusung Sutarmidji-Didi tak lain untuk kemajuan Kalbar ke depan. Tak lebih dari itu.

“Jadi pertimbangannya bukan sekadar pertimbangan partai, kepentingan si A si B, endak! Ada pertimbangan objektif, latar belakang orang itu, tidak sekadar di ujung-ujung dipasangkan,” ucapnya.

Norsan Dicopot

Maman menyatakan, Golkar sangat menghormati keputusan Ria Norsan maju sebagai bakal calon gubernur menggandeng Krisantus dengan menggunakan perahu PDIP, PPP dan Hanura.

Namun begitu, kata Maman, mekanisme kepartaian tetap harus dijalankan. Keputusan Ria Norsan pasti ada konsekunesnya, karena tak sejalan dengan keputusan Golkar.

Singkatnya, hasil Rakerda dan Rapimda DPD Golkar Kalbar, pada Sabtu, 7 September 2024, Ria Norsan secara resmi dicopot dari kepengurusan partai.

Tepatnya, ia pecat dari jabatan Ketua Dewan Pertimbambangan (Wantim) DPD Golkar Kalbar. Sebagai gantinya, Didi Haryono kini mengisi kekosongan jabatan tersebut.

Maman memastikan, keputusan ini hasil kesepakatan seluruh Anggota Dewan Pertimbangan DPD Golkar Kalbar.

“Sudah diputuskan, saya nanti tinggal keluarkan SK. Artinya Pak Norsan bukan lagi pengurus Golkar,” tegas Maman.

Ia pun menyampaikan penunjukan Didi Haryono menduduki jabatan Ketua Dewan Pertimbangan DPD Golkar Kalbar juga datang dari aspirasi para senior-senior partai.

“Ada belasan orang anggota wantim yang bulat bersepakat,” pungkasnya.***


Penulis : Abdul Halikurrahman/bis
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment

Ok

Berita Populer

Seputar Kalbar