Operasi Katarak Bisa Tingkatkan Harapan Hidup Pasien, Begini Kata Setyo Budi Riyanto

2 Juli 2024 14:13 WIB
Ilustrasi operasi mata/Pixabay

 

PONTIANAK, insidepontianak.com - Gangguan mata yang keruh hingga kebutaan yang disebabkan oleh katarak harus segera dilakukan tindakan operasi agar dapat meningkatkan kualitas hidup dan angka harapan hidup pasien.

“Data ilmiah negara berkembang dengan adanya katarak yang tidak ditindak operasi menyebabkan penglihatan terganggu dan angka kebutaan tinggi yang juga akan mengganggu aktivitas produktivitas seseorang, dengan operasi katarak akan meningkatkan angka harapan hidup dan kualitas hidup pasien,” kata Direktur Utama Rumah Sakit Mata JEC Kedoya Dr. dr. Setyo Budi Riyanto Sp.M(K) dalam diskusi terkait Bulan Kesadaran Katarak, di Jakarta, Kamis.

Budi mengatakan seseorang yang sudah mengalami gangguan di matanya karena penglihatan yang kabur bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan juga berdampak pada ekonominya.

Katarak yang tidak dilakukan tindakan atau tidak dipulihkan penglihatannya akan mengalami dampak ekonomi sebesar Rp170 juta - Rp196 juta dari satu pasien, sehingga menjadi beban bagi keluarganya dan juga pihak yang mempekerjakannya.

Selain itu dalam melakukan aktivitas pasien katarak juga pasti kesulitan karena tidak bisa membaca dengan jelas, berjalan harus dituntun, tidak bisa mengendarai kendaraan sendiri dan juga sensitif terhadap cahaya.

Sampai saat ini, masih ada 8,1 persen pasien yang takut untuk melakukan operasi katarak, sementara di Jakarta sebanyak 30,3 persen pasien takut dioperasi katarak.

Ia menyebut tujuan pengobatan katarak dengan operasi adalah untuk menghilangkan lensa keruh menjadi jernih dengan teknologi yang canggih yaitu dengan mesin dan minim luka yakni hanya sekitar 2-3 milimeter dan juga dapat meningkatkan kualitas penglihatan.

“Dia lukanya kecil 2-3 milimeter, pakai mesin katarak diambil kemudian dipasang lensa yang dilipat kecil sehingga pemulihan lebih cepat, kalau dulu hanya menghilangkan penglihatan gelap jadi terang sekarang dari penglihatan kabur jadi ditingkatkan kualitas penglihatan,” katanya.

Teknologi operasi katarak juga saat ini telah banyak berkembang mulai dari extracapsular caratact extraction (ECCE), phacoemulsification, dan yang paling terbaru adalah Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS).

Dengan metode terbaru ini pun juga memiliki faktor risiko yang lebih kecil, akurasi lebih tinggi serta dapat memperbaiki masalah refraksi mata seperti rabun jauh, rabun dekat, rabun sedang untuk jarak pandang membaca hingga silinder.

Hal ini berkat peningkatan kualitas lensa yang ditanam yang terus berkembang dari tahun ke tahun yang diharapkan agar para pasien setelah operasi katarak tidak lagi ketergantungan pada kacamata.

Sebelum melakukan operasi pasien akan diminta untuk melakukan pengecekan kesehatan secara keseluruhan mulai dari kondisi syaraf mata, kornea dan retina serta memeriksa adanya penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi.

Jika kondisi pasien dikatakan layak untuk operasi, maka tindakan bisa dilakukan sesegera mungkin dan pemulihan bisa berlangsung mulai dari tiga hari hingga satu minggu.

“Untuk lansia pemeriksaan awal harus baik untuk menurunkan komplikasi, kalau ada gula harus turunin dulu batasnya 200, itu masih bisa dilakukan tindakan, kemudian ada hipertensi harus dinormalkan, dilihat fungsi syaraf, retina, kalau bagus semua biasanya risiko minimal, kalau ada gula fungsi retina akan menurun,” kata Budi. (ANT)


Penulis : REDAKSI
Editor : Wati Susilawati

Leave a comment

jom

Berita Populer

Seputar Kalbar