Sungkui, Kuliner Khas Senggau: Menu Wajib Hari Besar Islam yang Dibalut Daun Keririt
MEDAN, insidepontianak.com - Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat juga punya kuliner khas untuk hari besar Islam. Namanya sungkui, makanan berkuah yang mirip dengan lontong.
Sungkui Senggau menjadi khas karena dibalut daun khusus yang membuat harumnya berbeda. Kuliner ini bahkan menjadi menu wajib pagi tamu kehormatan.
Seperti lontong, sungkui juga berbahan dasar beras. Kuliner khas Senggau ini juga biasanya ditemani opor ayam dan serundeng.
Mengutip budaya-indonesia.org, Jumat (28/7/2023), sungkui bagi warga Sanggau merupakan makanan yang paling favorit untuk jamuan acara-acara pesta ataupun di saat hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Bahkan, di kalangan Keraton Surya Negara Sanggau, sungkui merupakan menu wajib. Dapat dipastikan setiap tamu yang singgah akan disajikan makanan yang membuat ketagihan ini.
Dengan kata lain, sungkui bukan hanya makanan tradisional biasa. Menu sungkui adalah menu andalan untuk tamu terhormat bagi kerajaan.
Kuliner khas dari Sanggau ini punya keistimewaan dengan bau harum yang khas. Dengan kekhasannya itulah, pemesannya bukan hanya dari kalangan biasa-biasa saja.
Sungkui berbahan dasar beras yang dikukus menggunakan daun keririt atau orang setempat biasa menyebutnya daun sungkui. Makanan khas ini memiliki bentuk lonjong memanjang seperti lontong, akan tetapi sedikit lebih tipis.
Penyajian dari makanan Sungkui ini mirip dengan lontong atau ketupat, yaitu disajikan bersama dengan lauk-pauk lainnya. Sebut saja opor ayam, serundeng, sambal nanas, gulai, atau rendang sapi. Namun, untuk serondeng menjadi hidangan wajib untuk menghidangkan sungkui.
Bahan utama Sungkui sebenarnya sangat sederhana yakni, beras yang dibungkus dengan daun keririt (sungkui). Namun, beberapa orang tua jaman dulu mencampur beras dengan jagung dan yoli.
Yoli adalah sejenis padi-padian yang tumbuh di daerah Sanggau. Sementara daun keririt ini biasa didapat di hutan rawa di Sanggau dan inilah yang membuat sungkui mempunyai bau yang harum dibanding dengan yang lainnya.
Cara memasak sungkuinya juga relatif mudah. Setelah dibungkus ke dalam daun keririt, lalu diikat menjadi 10 bungkus dengan daun yang sama. Setelah itu, direbus sekitar empat hingga enam jam dengan air bersih ke dalam dandang.
Setiap dua jam sekali, posisinya ditukar, yang bagian sisi bawah menjadi ke atas begitupun sebaliknya. Ini dilakukan agar masak merata. Menariknya, sungkui bisa awet hingga empat hari tanpa dipanaskan.
Konon, Sungkui ini dibawa oleh Babai Cing’a sebagai bekal perjalanan sayembara yang diadakan oleh Raja. Sayembara tersebut berhadiah menikahi putri Raja Sanggau yang bernama asli putri Daranante.
Sumber lain tentang 'Asal Muasal Sungkui' dikutip dari opac.perpusnas.go.id, Jumat (28/7/2023), berawal dari kisah pernikahan Abang Merakai dengan Ratu Pingan Pelangka.
Ceritanya, untuk menjaga agar wajah dan tubuh Ratu Pingan Pelangka tetap cantik dan segar bugar, maka Abang Merakai membuat makanan yang disebut sungui.
Makanan sungui ini didapatkan Abang Meraki dari ayahnya bernama Aban atau Iban. Nama sungui kemudian terlogatkan menjadi sungkui.
Demikianlah tentang kuliner khas dari Kabupaten Senggau. Menu yang bernama sungkui, menu yang biasanya untuk jamuan acara pesta ataupun di saat hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Penulis : admin
Editor :
Penulis : admin
Editor :
Tags :
Berita Populer
Seputar Kalbar
9
Leave a comment