Berwisata ke Masjid Raya Singkawang, Ikon Keharmonisan dan Kedamaian di Kota Amoy: Dibangun Sejak 1885

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Masjid Raya Singkawang adalah bangunan megah nan indah yang berdiri di tengah Kota Amoy (julukan Singkawang). Ini adalah ikon keharmonisan dan kedamaian di kota tersebut.

Dikatakan ikon karena Masjid Raya Singkawang berdiri megah dan tak terusik meski kawasan itu didominasi warga keturunan Tionghoa (itulah kenapa disebut Kota Amoy) yang banyak non-Muslim.

Dengan kata lain, Masjid Raya Singkawang adalah ikon dari keharmonisan dan kedamaian di Kota Amoy: menunjukkan ke dunia bahwa hubungan antaragama di Singkawang baik-baik saja.

Bahkan, ini terjadi bukan satu-dua tahun ke belakang. Kedamaian dan keharmonisan umat beragama di Singkawang bahkan telah terbilang abad.

Ya, melansir indonesiakaya.com, Sabtu (2/92023), Masjid Raya Singkawang ini sejatinya didirikan pada tahun 1885 oleh dua saudagar India, Bawasahib Marican dan putranya, Haji B Achmad Marican.

Keduanya merupakan pedagang yang berasal dari Distrik Karikal, Kalkuta, India. Mereka melakukan pelayaran ke Hindia Belanda dan tiba pada 1870.

Kedatangan Bawasahib Marican sebagai saudagar permata India mendapat perhatian pemerintah Belanda. Dia diangkat menjadi “kapiten India” yang bertugas menangani urusan sesama India pada 1875.

Selain usaha batu permata, Bawasahib Marican berkebun kelapa dan gambir serta beternak sapi untuk memenuhi ransum tentara Belanda.

Masjid Raya Singkawang dibangun di atas tanah milik Bawasahib Marican yang berbentuk segitiga. Ukurannya kecil dan bentuknya masih sederhana. Tak ada menara pula yang menandakan sebuah masjid.

Pada waktu hampir bersamaan dengan pembangunan masjid, seorang “kapiten Tionghoa” membangun sebuah tempat ibadah. Uniknya, letaknya berdekatan dengan masjid Bawasahib Marican.

Ya, Masjid Raya Singkawang berlokasi sekitar 200 meter dari Vihara Tri Dharma Bumi Raya, vihara tertua di Singkawang. Masjid di tengah kawasan tempat tinggal masyarakat Tionghoa ini seperti menjadi cerminan kerukunan beragama yang sudah berlangsung lama.

Seperti diketahui Singkawang dikenal sebagai Kota Amoy karena banyaknya orang Tionghoa yang tinggal di sana. Mereka datang untuk berdagang dan menambang emas.

Nah, perdagangan dan kemilau emas Kalimantan Barat juga menarik orang-orang India. Selain berdagang, mereka ikut menyebarkan agama Islam.

Masjid Raya SIngkawang pernah mengalami kebakaran tahun 1937. Kemudian dibangun kembali dan diperluas pada 1940 oleh tiga putra Bawasahib Marican. Pada 1953, sebuah menara didirikan di samping kiri masjid.

Dalam perjalanannya, masjid ini mengalami beberapa kali perluasan. Renovasi pertama dilakukan pada 1974 dengan biaya dari pemerintah daerah. Renovasi kedua dilakukan empat tahun kemudian dengan biaya swadaya yang diinisiasi pengurus masjid.

Pada 1998, Masjid Raya Singkawang direnovasi total, dengan perkiraan pembangunan selama 2,5 tahun. Tetapi kurangnya dana membuat rencana tersebut tertunda.

Hingga akhirnya pada 2007, setelah masjid berada di bawah tanggung jawab pemerintah Kota Singkawang, pelaksanaanya baru terwujud awal tahun 2008.

Renovasi membuat bangunan masjid terlihat besar dan modern. Menarik, renovasi masjid melibatkan banyak pihak. Bukan hanya umat Islam tapi juga non-Islam. Bukan hanya dana tapi juga desain.

Desain masjid dikerjakan seorang Nasrani bernama Yohannes Reginaldus Adipurnomo Ricky, yang juga mendesain Gereja Katedral Sanggau dan Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak.

Walaupun mengalami pemugaran, sejumlah bangunan lama dipertahankan. Seperti, kubah masjid kecil dan tugu berwarna emas di sisi kanan masjid bagian belakang.

Tugu yang dibangun tahun 1885 ini memiliki bentuk kubus dengan ketinggian 3 meter serta di bagian tengahnya terdapat kolam berdiameter 5 meter. Masjid juga mempertahankan satu menara yang ada di belakang.

Sementara kubah besar dan dua menara di sisi belakang merupakan hasil renovasi tahun 2008. Sebagaimana masjid pada umumnya, ada penambahan bangunan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di belakang masjid.

Itulah sebab Masjid Raya Singkawang ini terlihat begitu megah. Paduan warna hijau dan putih pada dinding masjid membuat masjid terlihat terang.

Gunung Poteng atau dikenal juga dengan Gunung Jempol yang melatari bangunan masjid menambah keindahan masjid ini. Pada malam hari, lampu-lampu menerangi setiap sudut bangunan dan taman.

Untuk masuk ke halaman masjid, Anda harus melewati 15 anak tangga. Tangga-tangga ini terletak di sebelah kanan, belakang, dan sisi kiri. Masjid begitu bersih dan tertata rapi.

Di dalam masjid terdapat tiang penyangga dari kayu ulin yang kokoh menopang masjid. Lubang ventilasi dengan jendela-jendela besar menyejukkan suasana.

Demikianlah informasi soal Masjid Raya Singkawang yang secara administrasi berlokasi di Jalan Merdeka No. 21, Pasiran, Singkawang Barat. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment