Gua Batu Hapu di Tapin Beraroma Mistis: Mirip Legenda Malin Kundang

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Ada kesan mistis saat memasuki Gua Batu Hapu di Kabupaten Tapin. Apalagi beredar cerita, gua tersebut terkait dengan sebuah legenda tentang anak durhaka, mirip dengan Malin Kundang.

Malin Kundang dikutuk ibunya menjadi batu karena durhaka, demikian juga dengan Gua Batu Hapu. Legenda di Tapin ini menyebutkan sang anak durhaka dan kapal yang membawanya dikutuk menjadi batu.

Kapal itu pecah menjadi dua, salah satunya berada di Tapin. Dengan kata lain, legenda tentang Gua Batu Hapu maupun Batu Malin Kundang di Sumatra Barat, sama-sama tentang anak durhaka.

Melansir indonesiakaya.com dan indonesianfolklore.blogspot.com, Selasa (10/10/2023) asal-usul terjadinya Gua Batu Hapu ini memang masih menjadi misteri, namun ada legenda atau cerita rakyat yang dipercayai masyarakat setempat.

Yakni, Gua Batu Hapu ini terbentuk dari pecahan kapal milik seorang anak durhaka kepada ibunya yang bernama Angui. Ia dikutuk oleh ibu kandungnya, Nini Kudampai, seorang janda miskin.

Hampir sama dengan cerita legenda Malin Kundang, Angui yang sukses pergi merantau dan berhasil mempersunting seorang putri raja dari Negeri Keling enggan mengakui ibu kandungnya ketika kembali ke kampung halaman.

Dan, legenda itu semakin hidup ketika menyadari kalau dari mulut gua nampak bebatuan granit yang sangat dramatik. Ada pula bentuk bebatuan bagai gumpalan besar. Pun saat melangkah ke bagian dalam, suasana mistis mulai terasa.

Batu yang ada di bagian dalam menyerupai kendi. Pun jika diamati dengan seksama, bentuk batu di bagian sudut gua bagai perlengkapan kapal. Mungkin, itu yang dimaksud dengan bagian dek kapal dalam kisah legenda asal usul Gua Batu Hapu itu.

Ya ceritanya, kisah ini bermula ketika Angui diangkat anak oleh seorang saudagar dari Negeri Keling. Dia harus meninggalkan ibunya, Nini Kudampai, yang tinggal di perbatasan Desa Tambarangan dan Lawahan.

Awalnya Nini Kudampai ragu melepas, namun dia juga ingin anaknya tumbuh dengan fasilitas yang cukup dan bisa bahagia. Tapi, karena sang anak berjanji akan kembali lagi setelah sukses, Nini Kudampai pun akhirnya rela.

Singkat certia, Angui dirawat bak anak sendiri oleh san saudagar. Namun karena terlalu disayang, Angui tumbuh menjadi anak yang manja.

Sampai akhirnya ketika dewasa menjadi anak nakal dan pemalas. Saudagar itupun jera. Ia kemudian mengusirnya. Beruntung Angui yang menyadari kesalahannya dan segera mengubah sikap. Ia hidup bekerja keras.

Beberapa tahun kemudian, ia menjadi saudagar paling kaya di negerinya. Bahkan melebihi kekayaan saudagar yang mengasuhnya. Ia juga berhasil mempersunting Putri Raja Keliling.

Nah, suatu hari, Angui dan istrinya kembali ke kampung halamannya menggunakan kapal besar dan mewah. Dengan gembira Nini Kudampai menanti untuk menyambut kedatangan anak semata wayangnya itu.

Namun, ketika melihat ibunya yang renta dan buruk rupa, Angui merasa malu. Dia lalu menyuruh para pengawal mengusir Nini Kudampai.

Tak pelak, Nini Kudampai sakit hati. Dia telah berjuang menanti hari itu dan sangat bahagia karena Angui telah sukses. Namun, anaknya itu malah durhaka.

Nini Kudampai pun mengutuk Angui. Persis dengan yang dilakukan oleh ibunya Malin Kundang. Kapal besar beserta isinya itu kemudian berubah menjadi batu, terbelah dua.

Salah satunya disebut dengan Gua Batu Hapu di Kabupaten Tapin. Sementara pecahan lainnya berada di Barabai, kawasan yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Demikian soal legenda, cerita rakyat tentang asal usul Gua Batu Hapu. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment