Desainer Aksesori Rinaldy Yunardi Ingin Perkuat Autentik dengan Punya Base Arsip Budaya

“Sebenarnya saya sendiri pernah mau banyak belajar tentang budaya Indonesia, terkhususnya aksesoris. Kita itu banyak kehilangan, kehilangan cerita, kehilangan detail,” kata Rinaldy Yunardi, Senin.
Rinaldy menyoroti budaya Indonesia memiliki keautentikan yang amat kaya raya dan sangat menarik untuk dipelajari oleh semua orang. Namun, seiring perkembangan zaman banyak orang sudah tidak terlalu mempedulikan hal tersebut.
Hasilnya, banyak catatan akan budaya yang ditemukan jadi tidak lengkap. Meski sudah ada bantuan internet seperti Google, ia menilai kebanyakan dari informasi yang ada hanyalah omongan dari orang ke orang ataupun dibuat oleh mesin.
Ia mencontohkan salah satu arsip budaya yang kurang didalami adalah alasan dari jumlah tusuk konde yang digunakan pada adat Betawi, maupun penjelasan rinci dari bentuk bunga yang jadi pemanis aksesori tersebut.
“Motif atau bentuk itu masing-masing punya cerita. Seharusnya kita bisa mendapatkan itu dan aku sulit mendapatkan itu. Maksudnya arsip serta sejarahnya. Coba Google, kita Google ya. Jadi banyaknya buatan mesin. Aku inginnya mempelajari sesuatu yang tradisional, otentik, tapi mau cari di mana? Di buku juga tidak ada,” kata dia.
Rinaldy menyoroti seharusnya arsip atau informasi terkait budaya Indonesia dapat disimpan dengan rapi. Dengan demikian, tiap bagian kisah dari sebuah kebudayaan dapat dibaca secara rinci dan lengkap.
Dalam hal ini, menurutnya Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dapat mulai lebih merapikan arsip sejarah atau menemukan kembali catatan-catatan sejarah yang hilang, sehingga ilmu kebudayaan dapat semakin berkembang termasuk dengan dunia fesyen agar dapat ikut memperkenalkan keindahan budaya Indonesia di kancah global.
Di sisi lain, ia menekankan bahwa semua budaya harus dijaga agar tetap lestari dan berkelanjutan. Namun, Rinaldy juga menyebut bahwa budaya seperti pakaian tradisional tetap bisa dikenakan di masa kini melalui cara yang modern.
“Buat saya, percampuran-percampuran budaya ini harus tetap otentik dan ada. Biarkan kita menjaga yang otentik, ada juga yang berkolaborasi, mengeksplornya,” kata dia. (ant)
Penulis : REDAKSI
Editor : Wati Susilawati
Tags :

Leave a comment