Nobar Film Bekana di Pontianak, Upaya Jaga Budaya Lewat Karya Seni

16 Januari 2025 13:02 WIB
Pajangan cover foto film The Story of Bekana di Caffee Upgreat, Pontianak, Rabu (15/1/2025) malam. (Insidepontianak.com/Gregorius))

PONTIANAK, insidepontianak.com - Penggiat film Kalimantan Barat menggelar kegiatan nonton bareng atau nobar sebagai pengenalan kebudayaan Kalbar kepada masyarakat.

Sebab, terdapat beberapa budaya lokal yang saat ini mulai terlupakan dan hampir punah. Kegiatan nobar tersebut digelar di Caffee Up Great, Pontianak, Rabu (15/1/2025) malam.

Terdapat empat film pendek bertemakan kebudayaan yang akan diputarkan, di antaranya berjudul: Altar Sang Dewi, Anak Kepiting, Tengkawang Permaisuri dan The Story of Bekana.

Di mana, pemutaran film The Story of Bekana menjadi puncak dari kegiatan ini. Sutradara film "The Story of Bekana", Deny Sofian mengatakan bahwa program film ini adalah tentang dokumentasi sang maestro atau ahli Bekana.

"Targetnya kita mencari maestro dan budaya yang saat ini terancam punah dan hilang," kata Deny.

Film "The Story of Bekana" sendiri mengangkat cerita dari salah satu perkampungan yang ada di Kabupaten Sintang tentang keresahan seseorang maestro bernama Hermanus Bintang, karena tak ada penerus dari tradisi Bekana.

Bekana adalah tradisi adat Dayak Seberuang. Di mana seseorang akan melantunkan bait-bait kana seperti bersyair menceritakan kisah nenek moyang, biasanya dilantunkan dalam acara adat.

Deny mengungkapkan, bahwa konsep film ini sudah dirangkum sejak tahun 2003.

"Saat itu program kami lebih ke ekowisata, sering membawa tamu dari luar negeri. Sehingga meminta Pak Bintang untuk memainkan tradisi Bekana itu," ungkapnya.

Dan pada 2019 proses produksi film ini mulai dilakukan dengan aluran dana dari Indonesiana.

Deny menjelaskan, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam proses pembuatan film. Dari total 14 hari yang dijadwalkan, menjadi 32 hari.

Salah satunya karena, rumah betang yang dipergunakan untuk tempat tinggal warga harus dihancurkan.

"Pada hari ke tiga, kru film lebih banyak membantu orang pindah rumah dibanding syutingnya," ucapnya.

Di samping itu, Deny berharap film "The Story of Bekana" ini membuat dampak yang positif bagi masyarakat, terutama masyarakat di lokasi syuting.

Menurutnya, dengan menonton film ini anak-anak muda yang ada di sana dapat menyadari bahwa budaya mereka sudah mendekati punah.

"Ke depan kita ingin mendorong film ini ke festival internasional, agar jumlah penontonnya meningkat," harapnya.

Sementara itu, sutradara film "Tengkawang Permaisuri", Alvin berharap dengan adanya acara nobar ini, maka ke depan industri film di Kalbar akan semakin banyak. 

"Harapan saya semoga semakin banyak yang tergabung dalam komunitas kita," harap Alvin.

Menurutnya, munculnya industri film yang baru akan menambah ajang kompetisi positif yang besar, sehingga dapat membentuk ekosistem baru.

"Jika ekosistem ini berjalan, maka kita dapat sama-sama menikmatinya," pungkasnya.

Selain itu, kegiatan tak hanya agenda nobar film saja, di sana para pengunjung juga diperkenankan untuk mencoba menggunakan peralatan pembuatan film, seperti kamera, lighting dan lainnya.

Kegiatan nobar ini dihadiri oleh beberapa kalangan dimulai dari anak-anak muda, bahkan beberapa para seniman Kalbar terlihat ikut menyaksikan penayangan film karya asli Kalbar ini.***


Penulis : Gregorius
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment

Ok

Berita Populer

Seputar Kalbar