Senggakan: Dulunya Pelengkap, Kini Menjadi Hidangan Inti Dalam Dangdut Koplo
Insidepontianak.com - Dangdut koplo sangat diminati oleh banyak kalangan. Jenis ini mempunyai mempunyai ciri khas berupa kecepatan tempo dan enerjik.
Namun, bagi beberapa orang, selain dua hal itu ada juga yang sukai dari dangdut koplo ini yaitu berupa senggakan.
Hampir semua senggakan disorak oleh penonton dangdut koplo, bila ritmenya sudah tiba untu melontarkan sanggakan semua orang yang mendengarkan akan joget kegirangan.
Baca Juga: Meneropong Fenomena Wibu di Indonesia: Akulturasi Budaya hingga Punya Efek Ekonomi Lokal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 'senggak atau senggakan' berarti sorak (dalam lagu, tarian, dan sebagainya). Hal ini terutama terjadi bila antara penyanyi dan penonton bersahutan.
Banyak sekali macam kata senggakan di dalam acara dangdut koplo. Mungkin yang sudah menjadi familiar berupa 'haaaa.... eeeee', 'hok... hok... hok.. yaa... ya', ada juga kedengarannya aneh ditelinga kita 'ndoong...ndong... ndong.. wiiii'.
Walaupun dalam pendengaran kita senggakan sangat aneh, namun bila dinikmatinya di tengah-tengah koplo dan ditemani Kang gendang menabuh cepat, pastinya bawaannya pingin joget terus.
Itulah ciri khas dangdut, terutama jenis koplo. Walau kata senggakan tidak ada arti, namun maknanya 'ngejleb banget' dalam hati pendengar.
Asal mula senggakan dipelopori oleh para seniman jawa ketika membawakan musik, tujuan utamanya adalah memberikan klimaks tempo kepada penonton agar tenggelam dalam musik.
Aditya Ardhi Nugroho dan Heny Sulistyowati, dalam 'Senggakan Dangdut Koplo Music Show: Music Anthropolinguistic Study', menjelaskan ada tiga macam senggakan dalam koplo.
Pertama senggakan sangat berkorelasi antara performa timbal balik antara penyanyi atau biduan dengan penonton. Biasanya kategori pertama ini bisa kita temui ketika mengisi kekosongan lirik baik di awal, pertengahan, atau penutup lagu.
Dalam mengisi kekosongan, senggakan yang sering didengar pada awal atau intro lagu yaitu 'haaaaakk... eeee', sedangkan di tengah 'lololo weeyyy... Uyyy', dan 'tak dung tak dung tak... Josss' untuk menutup.
Macam kedua berupa indexicality, berupa jenis senggakan yang secara natural ada hubungannya dengan tempo dan beat Kang gendang.
Dalam pertunjukan Didi Kempot ketika membawakan lagu 'Pamer Bojo', senggakan jenis kedua didengar di pertengahan kalimat 'ji ro lu pat nem pitu wolu' penonton akan bersorak meriah 'tak gintang gentang, tak gintang gentang' mengikuti irama kang gendang menabuh 'tak dung tak dung tak dung'.
Yang terakhir Ardhi dan Heny menjelaskan tentang senggakan partispasi antara penyanyi dan penonton.
Hubungan timbal balik ini sangat enerjik dan menghipnotis penonton untuk menjawab senggakan yang diberikan oleh penyanyi. Masih dalam kasus yang sama yakni musik berjudul 'Pamer Bojo', ketika di pertengahan musik Didi Kempot akan memberikan senggakan 'Cendol' untuk dijawab peneonton.
Didi Kempot: "Cendol Dawet Seger, piro...,"
Penonton: "lima ngatusan, "
Didi Kempot: "Terus..., "
Penonton: "gak pakek ketan,"
Walau senggakan tidak mempunyai arti, tapi kita bisa mengetahui akan dibawa kemana pertunjukan musik, ini yang disebut dengan memahami maknanya. Senggakan sendiri bukan berarti penyanyi akan menghipnotis penonton tampil enerjik, tergantung jenis musik atau judul apa yang dinyanyikan.
Baca Juga: Mengenal Ludruk di Jawa Timur: Budaya 'Kritik Di Tengah Pusaran 3 Narasi
Salah satu contoh senggakan yang menenggelamkan penonton dalam goyangan biduan, yakni ketika Arlida Putri menguasai panggung.
Ketika ditanyai oleh Andhika Paratama, dalam acara lawak 'Lapor Pak', mengenai ciri khas Arlida manggung. Dia mengatakan tidak punya ciri khas dalam penampilan, tapi dalam goyangan dan senggakan Arlida bisa membawa penonton dalam musiknya.
Senggakan Arlida mempunyai senggakan kata 'Nyoh... Nyoh... Nyoh... Nyoh' dengan nada suara menggemaskan sambil bergoyang, setiap 'Nyoh' yang dilontarkan goyangannya semakin kebawah. Siapa yang tidak akan 'meleot' saat Arlida melakukan senggakan semacam itu?!?!
Pada perkembangannya senggakan sendiri dalam acara musik sebagai pelengkap, kekhasan ini biasanya bisa ditemui di acara musik-musik Jawa jenis Gendhing, Calung, Lengger dll. Akan tetapi kini sudah menjadi menu wajib di setiap musik dangdut, terutama koplo. ***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment