Wisata Sejarah di Medan, Kunjungi Kesawan, Nikmati Barisan Gedung Tua
MEDAN, insidepontianak.com - Pada 2023 ini Kota Medan akan berusia 433 tahun. Artinya sebagai kota tua, Medan pasti menyimpan gedung-gedung tua yang bisa dijadikan sebagai wisata sejarah, terutama di kawasan Kesawan.
Kesawan bisa dikatakan terletak di titik nol Kota Medan. Kawasan wisata ini masih menyisahkan beragam gedung tua, saksi sejarah peninggalan kejayaan Medan pada masa tembakau.
Pun, dalam menikmati wisata sejarah di Kesawan Medan, cukup berjalan kaki saja. Pasalnya, jarak satu gedung tua dengan gedung tua lainnya bisa dikatakan dekat.
Nah, supaya gampang menjalani semua situs sejarah tersebut, portal.pemkomedan.go.id, dikutip pada Kamis (18/5/2023) telah memberikan panduan. Berikut ulasannya:
Sebagai informasi, Kesawan adalah sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Barat. Jadi tidak sekadar Jalan Kesawan (kini bernama Jalan A Yani) saja, wilayahnya bisa dikatakan titik nol Kota Medan.
Nah, perjalanan idealnya menuju ke Lapangan Merdeka dari arah Istana Maimun. Sepanjang jalan ini, dapat dilihat bangunan-bangunan sejarah yang bentuk aslinya relatif masih terjaga.
Tiba di Jalan A Yani yang termasuk kawasan Kesawan ini, terdapat bangunan rumah Tjong A Fie. Bangunan ini bergaya arsitektur Tiongkok kuno yang sangat fantastis dan dibangun tahun 1900. Tjong A Fie merupakan jutawan pertama di Sumatera yang ada terkenal sampai sekarang, walaupun dia sudah meninggal pada 1921.
Di Jalan A Yani ini juga terdapat Restoran Tip Top. Di tempat ini, wisatawan dapat menikmati kuliner lezat sekali suasana 1930-an saat restoran ini didirikan. Waktu itu, Restoran Tip Top yang berarti Sempurna ini menjadi tempat bersantainya orang-orang Belanda.
Tidak jauh dari Restoran ini, terdapat gedung Lonsum. Gedung ini dibangun 1906. Arsitektur yang unik menjadikan gedung ini magnet bagi warga untuk berswafoto. Tidak jarang pula, gedung ini menjadi latar bagi foto prewedding.
Masih di kawasan Kesawan ini pula, terdapat gedung Warenhuis yang berada di Jalan Hindu. Ini merupakan supermarket pertama di Medan yang berdiri pada 1919. Selain sandang, makanan, supermarket ini juga menyediakan barang-barang elektronik.
Kembali ke Jalan A Yani, lalu lurus menuju Lapangan Merdeka, tepatnya di Jalan Balai Kota terdapat Gedung Balai Kota. Dahulunya bangunan ini bernama Gemeentehuis, yakni kantor Walikota Medan pertama yaitu Baron Daniel Mackay pada masa pemerintahan Hindia- Belanda.
Gedung ini dibangun pada 1908 oleh biro arsitek Hulswit. Pada 1913 direnovasi dan ditambahkan jam dinding besar pada bagian atas bangunan yang merupakan sumbangan dari Tjong A Fie. Jam dinding yang merupakan buatan Firma Van Bergen di Hialigerlee (Belanda) ini dulu mengeluarkan bunyi di setiap jamnya.
Tepat di sebelah Gedung Balai Kota, terdapat bangunan Kantor Bank Indonesia (BI) Medan yang merupakan gedung peninggalan kolonialis Belanda pada masa penjajahan. Bangunan itu didirikan pada tahun 1906 dan pembangunannya ditangani oleh perusahaan arsitek asal Belanda, namun berkantor di Batavia.
Arsitek yang merancang bangunan BI adalah Hulswit, Fermost, dan Cuypers. Pembangunannya selesai dalam waktu satu tahun, tepat pada 1907, bangunan ini digunakan sebagai pusat perbankan Belanda dengan nama De Javasche.
Di seberangnya terdapat pula bangunan Kantor Pos yang bersejarah dan indah. Kantor pos yang terletak berseberangan dengan Lapangan Merdeka ini mulai dibangun pada 1909 dan selesai 1911. Bangunan ini merupakan proyek utama dikerjakan oleh Snuyf, seorang arsitektur yang menjadi kepala pekerjaan umum Belanda untuk Indonesia.
Tidak jauh dari Kantor Pos terdapat Monumen Kereta Api. Monumen yang berlokasi di Stasiun Kereta Api Medan Jalan Stasiun ini merupakan lokomotif pertama di Medan. Dibuat pada 1914 dengan nama Deli Spoorweg Maatschappij atau disingkat (DSM) 38 Kota Medan.
Dulu, lokomotif ini digunakan untuk menarik gerbong barang bermuatan sawit atau karet dari daerah Tebingtinggi atau Kisaran. Adanya kereta api telah mendorong pertumbuhan di sektor perkebunan dan pertumbuhan ekonomi di sektor lain.
Setelah menikmati Monumen, wisatawan dapat berjalan terus ke depan melewati Stasiun Kereta Api, Titi Gantung, dan akan mendapatkan Pajak Ikan Lama. Tempat ini merupakan bagian dari sejarah Kota Medan.
Pajak Ikan Lama dibuka pada 1890 oleh konglomerat Medan keturunan Tionghoa, Tjong A Fie, atas permintaan Pemerintah Belanda. Tempat itu mulanya, menjadi pusat perdagangan ikan, sayur-mayur, dan aneka daging.
Tapi seiring dengan perkembangan zaman, menyusul putusnya hubungan transportasi nelayan dari Belawan ke Medan karena Sungai Deli tak mungkin lagi dilayari, Pasar Ikan Lama akhirnya berubah fungsi menjadi pusat penjualan kain dan pakaian.
Demikianlah panduan jalur wisata sejarah yang dibuat oleh Pemerintah Kota Medan. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Penulis : admin
Editor :
Penulis : admin
Editor :
Tags :
Berita Populer
Seputar Kalbar
9
Leave a comment