Vihara Borobudur, Lokasi Waisak Gabungan Pertama di Medan: 16 Tahun Sebelum Jadi Hari Libur Nasional

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Vihara Borobudur mungkin tidak 'setenar' vihara lain. Namun, tempat inilah yang menjadi lokasi Hari Waisak gabungan pertama di Medan. Bahkan, peringatan Waisak gabungan di Vihara Borobudur Medan itu berlangsung jauh sebelum hari besar umat Buddha itu dijadikan Hari Libur Nasional. Peristiwa tersebut berlangsung di Vihara Borobudur Medan pada 1967, sementara Pemerintah Indonesia menetapkan Waisak sebagai Hari Libur Nasional 16 tahun kemudian, tepatnya pada 1983. Sebagai informasi, Vihara Borobudur ini berada di lokasi yang strategis, yakni di Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Medan Maimun. Mengutip www.viharaborobudur.org, Selasa (6/6/2023), Vihara Borobudur Medan berdiri sejak tahun 1963 dan merupakan tempat ibadah Agama Buddha yang bernaung di bawah Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI). Awalnya saat pertama kali berdiri, tepatnya pada 24 Desember 1963, vihara ini dinaungi oleh Yayasan Sthavira, salah satu pendirinya adalah Yang Arya Biksu Ashin Jinarakkhita Sthavira. Setelah berjalan sembilan bulan, tepatnya pada tanggal 25 September 1964, Biksu Sthavira Ashin Jinarakkhita menyarankan agar nama yayasan diubah menjadi Yayasan Vihara Borobudur. Sejak itulah namanya menjadi Vihara Borobudur. Nah, dulunya, agama Buddha lebih diidentikkan sebagai agama yang banyak dianut oleh warga keturunan Tionghoa. Dan, Yayasan Vihara Borobudur ingin mengubah kesan tersebut. Maka, pada 1967 yayasan mengajak seluruh vihara dari berbagai sekte Agama Buddha se-Kota Medan untuk mengadakan perayaan Waisak 2511 secara serentak (gabungan) di Vihara Borobudur. Dan, acara itu terbilang sukses. Tahun berikutnya dibuat juga acara yang sama dan di tempat yang sama. Perayaan kedua itu dihadiri oleh Panglima Kodam II Bukit Barisan, Brigjen Sarwo Eddie Wibowo dan Konsulat Jenderal Jepang serta India. Selanjutnya perayaan Waisak gabungan ketiga diadakan di Vihara Cong Sin Kiong, yang terletak di Jalan Percut (sekarang Jalan HOS Cokroaminoto). Sejak perayaan Waisak gabungan yang diadakan tiga kali berturut-turut, masyarakat umum Kota Medan pun mulai mengenal Hari Raya Waisak. Selanjutnya, perayaan Waisak digelar di masing-masing vihara. Sekarang Hari Raya Waisak sudah ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 tahun 1983 tanggal 19 Januari 1983. Pada 1975 sampai 1979, perhatian ketua yayasan mulai difokuskan pada pembinaan program Persaudaraan Muda/I Vihara Borobudur (PMVB) dan perbaikan sarana. Seiring dengan bertambahnya umat Vihara Borobudur maka kotak dana pun mulai terisi. Para pengurus dan anggota yayasan tidak perlu lagi mengeluarkan dana pribadi untuk menutupi biaya perawatan vihara. Dinding yang kusam mulai dicat dan beberapa perbaikan kecil mulai dilaksanakan, walaupun dengan cara yang masih sangat terbatas. Melihat perkembangan agama Buddha yang semakin pesat, pengurus yayasan menyadari pentingnya kehadiran badan hukum. Maka pada 1980 pengurus yayasan merevisi dan menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Vihara Borobudur (AD/ART). Perubahan AD/ART ini didaftarkan di Pengadilan Negeri Medan pada 19 Maret 1980. Sejak itu Romo Krishnaputra, sang ketua yayasan, mencanangkan Vihara Borobudur sebagai vihara pelayanan dalam mengakomodir kebutuhan umat tanpa pandang asal suku bangsa maupun sekte aliran agama Buddha. Vihara Borobudur memiliki paham Buddhayana yang berkeyakinan seluruh sekte aliran agama Buddha (Theravada, Mahayana, dan Vajrayana) saling melengkapi seperti segmen yang membentuk satu lingkaran utuh tentang ajaran Sang Buddha Gautama Sakyamuni. Pemugaran vihara dan pembangunan Pagoda Avalokitesvara dimulai saat kepengurusan Romo Krishnaputra. Selesai dibangun pada 1982, Pagoda Avalokitesvara pun diresmikan oleh Gubernur Sumatra Utara, EWP Tambunan. Lalu pada 2007, seiring dengan terkumpulnya donasi dari umat, yayasan membeli tanah kosong seluas 2.500 meter persegi yang terletak di samping Vihara Borobudur. Di tempat itu kemudian dibangun Gedung Buddhayana Dhammasala dengan tinggi delapan lantai. Demikianlah sejarah Vihara Borobudur Medan. Vihara yang menjadi lokasi Waisak gabungan pertama di Medan, tepatnya pada 1967. Atau, 16 tahun sebelum Waisak ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Penulis : admin
Editor :

Leave a comment

Ok

Berita Populer

Seputar Kalbar