Keunikan Rumah Adat Baluk Dayak Bidayuh: Wisata Budaya Andalan Bengkayang

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Rumah Adat Baluk bisa dikatakan unik karena bentuknya berbeda dengan rumah Suku Dayak lainnya. Rumah khas Dayak Bidayuh di Kabupaten Bengkayang ini berbentuk bulat. Tidak hanya bulat, Rumah Adat Baluk Dayak Bidayuh juga memiliki ketinggian yang tidak biasa. Itulah sebab, destinasi wisata budaya di Bengkayang cukup menarik. Apalagi bagi masyarakat Dayak Bidayuh Bengkayang, tidak sekadar bangunan. Rumah Adat Baluk adalah tempat untuk menyelenggarakan berbagai upacara dan kaya makna. Mengutip budaya-indonesia.org dan omahlibrary.org, Sabtu (12/8/2023), untuk melihat rumah ini bisa mendatangi Dusun Sebujit, Desa Hli Buei, Kecamatan Siding atau sekira 134 kilometer dari Ibukota Bengkayang. Sejatinya, rumah ini ada di beberapa tempat, seperti keberadaan Suku Dayak Bidayuh yang berada di Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau, bahkan sampai ke wilayah Serawak Malaysia. Rumah Adat Baluk berbentuk bulat atau bundar yang berdiameter lebih dari 10 meter dan tinggi sekitar 12 meter. Rumah adat ini berupa rumah panggung yang ditopang oleh 20 tiang. Beberapa kayu penopang lainnya serta sebatang tiang digunakan sebagai tangga yang menyerupai titian. Ketinggian ini menggambarkan kedudukan atau tempat Kamang Triyuh yang harus dihormati. Fungsi dari rumah adat ini lebih banyak digunakan sebagai tempat melaksanakan upacara adat seperti Nibak’ng. Acara adat tersebut adalah acara ritual tahunan yang diadakan setiap tanggal 15 Juni. Lalu, di Rumah Adat Baluk juga digunakan untuk acara adat Nyobeng yang bertujuan untuk memohon berkat, kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan hidup. Dengan kata lain, setiap tahunnya terdapat kalender even yang bisa Anda kunjungi yaitu Gawai Dayak Nyobeng Sebujit. Ada pertunjukan yang menarik yaitu memanjat bambu namun dalam kondisi kepala di bawah dan kaki di atas. Atraksi ini disebut Panjat Aur Terbalik. Jadi sebelum dipanjat, bambu tersebut diberi mantra-mantra oleh tetua-tetua adat. Para pemanjat juga diperciki air dengan daun anjuang. Kemudan semua peserta harus mengitari tiang bambu sambil menari. Lalu Si pemanjat harus bergerak dengan posisi terbalik hingga mencapai puncak. Atraksi ini berasal ketika dulu ada seorang dukun ingin menyembuhkan orang yang sakit. Sang dukun harus melakukan ritual yaitu memanjat pohon dengan posisi kaki di atas dan kepala di bawah. Tujuannya untuk mengambil obat di atas pohon guna menyembuhkan orang yang sakit. Artinya, Panjat Aur Terbalik ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur atas jasa yang diberikan dan kemampuan dukun tersebut. Namun, kini tujuannya bukan untuk berobat melainkan untuk hiburan. Nah, berikut beberapa fakta menarik dari Rumah Ada Baluk Dayak Bidayuh: 1. Berbentuk bulat Menurut cerita yang beredar dimasyarakat, bentuk bulat pada rumah adat ini didasarkan pada zaman Ngayau (ritual pemburuan kepala). Tengkorak yang didapat dari Ngayau dikumpulkan pada lokasi tempat yang berbeda dari area pemukiman penduduk. Maka, para tetua dan masyarakat zaman dahulu membangun rumah khusus untuk menampung tengkorak hasil Ngayau berbentuk bulat dan panggungya cukup tinggi dengan tujuan keberadaanya dekat dengan Tipak Iyakng (Tuhan). 2. Jendela Sesuai Mata Angin Rumah Adat Baluk Sebujit memiliki atap berbentuk kerucut atau disebut payukng samai yang memiliki arti melindungi seluruh masyarakat dan mempunyai empat buah jendela di atapnya. Jendela ini memiliki arti karena arahnya menghadap ke 4 penjuru mata angin yang menggambarkan kehidupan alam semesta, di antaranya terbit dan terbenamnya matahari yang berakibat terjadinya siang dan malam. Jendela depan dan belakang hanya melambangkan pintu depan dan belakang, sedangkan jendela kanan dan kiri melambangkan adanya dua orang beradik yaitu Danum dan Demos. Danum menguasai jendela sebelah kiri (ilir) dan Demos menguasai jendela sebelah kanan (ulu). 3. Kayu Belian Utuh Rumah Adat Baluk Sebujit ini disanggah dengan 22 berbahan kayu belian. Dari 22 tiang itu ada 4 tiang induk yang tidak boleh bersambung, dalam artian kayu belian harus utuh dari bawah ke atas tanpa sambungan. Empat tiang induk ini berfungsi sebagai penyanggah penyimpanan tengkorak leluhur dan juga melambangkan garis vertikal tanpa hambaan antar manusia dengan Tuhan. 4. Anak Tangga Ganjil Untuk naik ke Rumah Adat Baluk Sebujit terdapat tangga yang terbuat dari kayu belian dengan panjang tangga sekitar 7 meter terdiri dari anak tangga yang berjumlah ganjil yaitu 19 buah anak tangga. Untuk pegangan tangan terbuat dari bambu. 5. Masuk Sambil Menunduk Untuk ke dalam melewati pintu yang kecil berukuran sekitar 120 cm x 92 cm hingga harus menunduk agar bisa masuk. Hal ini ada maknanya yaitu penghormatan terhadap kamang tariyuh karena setiap orang yang akan masuk selalu menundukan kepalanya. 6. Tiga Lantai Rumah Adar Baluk ini sejatinya dikonsep tiga lantai. Lantai pertama terdapat linyah yang berfungsi untuk membuat perapian dengan tinggi lantai hanya 105 cm saja. Lantai kedua dinamakan Piyuh yang jaraknya dari linyah sekitar 90 cm saja. Sedangkan lantai ketiga dinamakan Sangieh Likuah dengan ruangan panjang sekitar 270 cm dan lebar 160 cm. Ruang ketiga ini dimanfaatkan untuk menyimpan tengkorak manusia hasil Ngayau dan benda benda pusaka leluhur Suku Dayak Bidayuh. Demikian soal keunikan Rumah Adat Baluk Dayak Bidayuh yang berada di Dusun Sebujit, Desa Hli Buei, Kecamatan Siding, Bengkayang. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment