Mengenal Kalender Hijriah, Penanggalan Sesuai Bulan Mengitari Bumi

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Tidak sedikit yang bingung ketika menyadari Idul Fitri selalu berubah tiap tahunnya. Wajar, pasalnya Idul Fitri sesuai dengan kalender Hijriah yang penghitungannya melihat bulan.

Artinya, ada perbedaan kalender Hijriah dengan kalender umum, yakni kalender Masehi yang penghitungannya disesuaikan dengan pergerakan bumi terhadap matahari, jadi bukan bulan.

Dengan kata lain, kalender Hijriah murni berdasarkan gerak bulan semata. Karena itu, terciptalah selisih 11 hingga 12 hari antara tahun Hijriah dan tahun Masehi.

Melansir gramedia.com, Senin (18/12/2023), kalender Hijriah dihitung berdasarkan durasi waktu bulan mengitari bumi. Oleh sebab itu, kalender Hijriah juga disebut sebagai kalender Komariah atau kalender Islam.

Bulan membutuhkan waktu kurang lebih 29,5 hari untuk melakukan revolosi mengelilingi bumi. Oleh sabab itu, tahun Hijriah terdiri dari 354 hari.

Dalam perhitungan penanggalannya dilakukan pembulatan. Sehingga, dalam kalender Hijriah, jumlah di setiap bulan selang-seling di antara angka 29 dan 30, kecuali bulan Zulhijah.

Dalam kalender hijriah juga mengenal adanya tahun kabisat, terdiri dari 355. Oleh sebab itu, hari-hari besar di Islam selalu bergeser lebih awal 11 hari di tahun Hijriah biasa dan 12 hari pada tahun kabisat Hijriah.

Selama 30 tahun, terdapat 11 tahun kabisat, yakni ada tahun ke-2, ke-5, ke-6, ke-10, ke-13, ke-16, ke-18, ke-21, ke-24, ke-26, dan tahun ke-29.

Nah, untuk lebih memahami mengenai tahun Hijriah, berikut rincian jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender penanggalan Islam.

  • Muharram: 29 hari
  • Safar: 30 hari
  • Rabiul Awal: 29 hari
  • Rabiul Akhir: 30 hari
  • Jumadil Awal: 29 hari
  • Jumadil Akhir: 30 hari
  • Rajab: 29 hari
  • Syaban: 30 hari Ramadhan: 30 hari
  • Syawal: 30 hari Zulkaidah: 29 hari
  • Zulhijah: 29 atau 30 hari

Merunut sejarah, penanggalan Hijriah terjadi karena adanya kebingungan mengenai tahun dalam surat yang hanya mencantumkan bulan. Dan, masalah penanggalan muncul ketika masa Khalifah Umar bin Khattab.

Kemudian, terjadilah perkumpulan untuk membahas sistem penanggalan dengan sahabat-sahabat yang bertugas di pusat pemerintahan untuk berunding mencari solusi.

Sejak awal, Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah juga tidak ada tahun dalam penanggalannya. Termasuk ketika masa kepemimpinan Abu Bakar As-Sidiq sebagai khalifah hingga empat tahun pertama kepemimpinan Umar bin Khattab.

Dalam pertemuan tersebut, Umar bin Khattab menyampaikan kegelisahannya mengenai sejumlah surat dan dokumen penting lainnya yang sulit dalam pencatatannya.

Perhitungan penanggalan kalender Islam mengalami kebingungan apakah akan menggunakan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW atau masa pengangkatan sebagai Rasul atau ketika Al-Quran turun, atau bahkan ketika kemenangan kaum Muslim dalam peperangan.

Dari berbagai usulan tersebut, disepakati bahwa penentuan awal kalender Hijriah dimulai dari peristiwa hijrah. Oleh sebab itu, kalender dalam Islam dikenal dengan sebutan kalender Hijriah.

Peristiwa Hijriah dipilih sebagai acuan dalam penanggalan Hijriah karena memiliki makna filosofis yang dalam. Yang mana ketika hijrah menjadi titik balik umat Islam untuk meletakkan landasan langkah-langkah ke depan.

Demikian soal sejarah kalender Hijriah dan sistem penanggaannya yang disesuaikan dengan pergerakan bulan. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment