Mengenal Kalender Masehi, Penanggalan Sesuai Bumi Mengitari Matahari

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Seperti apa kalender Masehi, kenapa kesannya selalu sama setiap tahunnya? Tentu ini karena Anda terbiasa menggunakan kalender yang penanggalannya sesuai dengan matahari tersebut.

Ya, kalender Masehi memang penanggalannya dihitung sesuai dengan perputaran bumi mengelilingi matahari, yakni sekira 365 hari dalam setahun, tepatnya 365,25 hari.

Jadi karena bumi mengitari matahari, kalender Masehi jelas berbeda dengan kalender Hijriah yang mengacu pada perputaran bulan terhadap bumi yang berjumlah 354-355 hari.

Sementara, jumlah bulan pada tahun Masehi dan Hijriah sama-sama 12. Jumlah bulan sama tapi jumlah hari dalam setahun berbeda.

Itulah sebab, momen di tahun Hijirah cenderung maju jika dilihat dari sisi kalender Masehi. Namun, sebaliknya juga terjadi jika melihat momen di tahun Masehi dari sisi kalender Hijriah.

Melansir gramedia.com, Sabtu (16/12/2023), kalender Masehi dihitung sesuai dengan perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi).

Oleh sebab itu, tahun Masehi juga disebut sebagai tahun Syamsiah atau tahun matahari. Hitungan satu hari didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan bumi untuk melakukan rotasi.

Jumlah waktu yang diperlukan bumi untuk mengelilingi matahari adalah satu tahun. Satu tahun revolusi sama dengan 365.25 hari. Namun, pada masa pemerintahan Julius Caesar, satu tahun ditetapkan berjumlah 365 hari.

Maka 0,25 hari yang tersisa selama empat tahun ditambahkan ke dalam bulan Februari yang hanya terdiri dari 28 hari. Oleh sebab itu, ada 29 hari di Februari pada setiap 4 tahun sekali atau disebut sebagai tahun kabisat.

Tahun kabisat terjadi jika tahun tersebut habis dibagi empat, misalnya 2012, 2016, dan 2020. Berikut rincian jumlah hari dalam 12 bulan tahun Masehi.

  • Januari: 31 hari
  • Februari: 28 atau 29 hari
  • Maret: 31 hari
  • April: 30 hari
  • Mei: 31 hari
  • Juni: 30 hari
  • Juli: 31 hari
  • Agustus: 31 hari
  • September: 30 hari
  • Oktober: 31 hari
  • November: 30 hari
  • Desember: 31 hari

Sebagai informasi, kalender Masehi dikenal juga sebagai kalender Gregorian, pertama kali dikenalkan pada 1582. Kalender Masehi ditemukan pertama kali digunakan di Benua Eropa.

Perhitungan kalender Masehi ditemukan oleh seorang astronom Romawi. Dari perhitungan tersebut didapatkan angka 365,25 hari. Hal tersebut berpengaruh pada musim yang datang lebih lambat.

Kemudian, Kaisar Julius Caesar menambahkan satu hari di bulan Februari setiap empat tahun sekali. Penanggalan ini kemudian dikenal sebagai kalender Julian. Namun, pada 1570-an, kalender Julian melenceng dari tanggal matahari sebanyak 10 hari.

Karena sistem penanggalan ini tidak sinkron dengan musim dalam setahun, maka dikhawatirkan akan membuat hari Paskah terus menjauh dari tanggal seharusnya. Oleh sebab itu, Paus Gregorius XIII membuat sistem penanggalan yang baru.

Paus Gregorius XIII bersama dengan ahli fisika, Aloysius Lilius dan ahli astronomi, Christopher Clavius mengembangkan kalender ini selama 5 tahun.

Dalam kalender Gregorian penambahan hari setiap empat tahun sekali dihapuskan. Sistem kabisat berlaku empat tahun sekali kecuali tahun yang tidak habis dibagi 400.

Jadi tahun kabisat jatuh pada tahun 2000, tapi tidak pada tahun 1900, 1800, atau 1700. Paus Gregorius XIII juga memindahkan tahun baru yang semula 25 Maret menjadi 1 Januari.

Sistem penanggalan ini diterima dengan baik di negara-negara penganut Kristen Katolik misalnya di Italia, Spanyol, dan Portugal. Namun, Inggris dan Amerika baru menggunakan kalender Masehi pada 1752.

Demikian soal sejarah kalender Masehi, yang penanggalannnya disesuaikan dengan perputaran bumi terhadap matahari. Semoga bermanfaat. (Adelina).***


Penulis : admin
Editor :

Leave a comment

ikalsm

Berita Populer

Seputar Kalbar