Kasus Baru Demam Babi Afrika ASF Sarawak, BKHIT Kalbar: Resiko Masuk ke Indonesia Tinggi
SARAWAK MALAYSIA, insidepontianak.com - Terjadi kejadian baru penyakit African Swine Fever (ASF) di Sarawak Malaysia.
Hal itu diketahui melalui Surat Pemberitahuan dari Jabatan Perkhidmatan Veteriner Sarawak Bahagian Samarahan No (8)DVS/SMH/600/9/VOL. 1.
Penyakit African Swine Fever (ASF) tepatnya di Mongkos Distrik Tebedu, Sarawak Malaysia.
Ketua Tim Karantina Hewan BKHIT Kalbar drh. Muamar Darda mengatakan Sarawak merupakan negara bagian Malaysia yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalbar, Indonesia.
"Oleh karena itu, risiko masuknya penyakit ini cukup tinggi," jelasnya.
Apa itu ASF (African Swine Fever)? African Swine Fever atau yang biasa dikenal dengan demam babi afrika adalah salah satu penyakit pada babi yang disebabkan virus non zoonosis (tidak menular ke manusia).
Penyakit tersebut menyerang baik babi liar maupun babi ternak di segala umur dan menyebabkan babi sakit dengan tingkat kematian mencapai 100 persen.
Untuk diketahui, sampai saat ini belum ada cara efektif dalam pengobatan penyakit ASF.
Dijelaskannya hingga kini belum adanya vaksin dan media penyebaran virus yang sangat beragam (kontak langsung dengan babi tertular, pakan sisa, orang, objek yang dapat membawa agen penyakit seperti pakaian, sepatu, peralatan kandang, kendaraan, dsb).
"Hal itu menambah kesulitan penanggulangan ASF sampai saat ini," terangnya.
Babi tertular yang tidak menunjukkan gejala klinis ASF juga menjadi carrier (agen pembawa).
Sehingga apabila terjadi kasus di satu kandang, maka babi di kelompok tersebut harus segera dipisahkan untuk mencegah penularan ke kelompok lainnya.
Dengan tantangan seperti itu, tindakan preventif merupakan solusi yang lebih efektif dalam upaya menanggulangi virus ASF.
Sebagai garda terdepan, Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Kalbar Satpel PLBN Nanga Badau bersinergi bersama CIQS PLBN Badau, Satgas Pamtas RI-MLY dan forkopimcam di perbatasan melakukan optimalisasi pengawasan lalu lintas barang.
Khususnya untuk babi dan turunannya sebagai upaya untuk mencegah infeksi virus ASF di wilayah perbatasan.
Pihaknya lantas mengimbau masyarakat untuk tidak membawa ataupun melakukan kontak dengan hewan babi dan produknya, baik keluar dari Indonesia maupun ke dalam Indonesia
"Untuk bersama-sama kita mencegah kejadian baru penyakit ASF di wilayah perbatasan," cetusnya.
Dengan dampak negatif yang cukup besar, akan sangat merugikan masyarakat perbatasan baik dari segi ekonomi maupun kesehatan ternak warga perbatasan.
"Mari bersama sama kita waspada dan cegah ASF, dimulai dari kita, oleh kita dan untuk kita semua," tutup drh Muamar Darda. ***
Penulis : Dina Prihatini Wardoyo
Editor : Dina Prihatini Wardoyo
Leave a comment